15🎼

5K 459 58
                                    

Hari ini rasanya aku tidak ingin bangun pagi, ditambah lagi tadi Kineta mengetuk pintu kamar ku dan bilang kalau Dennis menunggu di luar.

Aku tidak ingin menemui laki-laki itu, aku tidak ingin emosiku kemarin bangkit lagi setelah melihat nya.

Meskipun Aira sudah meyakinkan ku, tapi tetap saja aku cemburu. Aku hanya manusia biasa yang tidak ingin kekasihnya direbut orang lain.

Tadi malam Aira tidak tidur di apartemen ku karna harus menjaga kakeknya yang sakit. Aku menghabiskan waktu ku dengan piano dan lirik-lirik ciptaan ku.

Aku baru tidur pukul 4 pagi dan ketukan pintu kamar dari kineta membuat Kepala ku pusing.

Aku butuh Aira saat ini, bukan pria hidung belang yang tertarik dengan pacarku.

Segar air hangat dari shower yang membasahi kepalaku membuat pikiran ku sedikit rileks. Aku harus memberitahu Dennis untuk berhenti bertingkah seperti itu.

Setelah berganti pakaian, aku keluar dari kamar dan benar saja dia duduk di ruang tamu bersama Kineta dan Vero.

Mereka serentak melihat ke arah ku ketika aku berjalan ke tempat mereka.

"Axell, aku minta maaf."

"Jangan pernah dekati Aira."

"Aku tidak pernah mendekati Aira."

"Kalau begitu jangan melihat dia seperti dia adalah incaran mu."

Aku bisa melihat wajah tegang Dennis, aku sudah kenal laki-laki itu cukup lama. Aku tau dia tertarik dengan Aira.

"Ayolah Axell, aku tidak akan merebut Aira dari kamu. Kamu tau kan aku tidak pernah jadi pengkhianat. Kita ini berteman ayolah."

"Iya Axell, cemburu mu sedikit berlebihan. Aira mu itu tidak akan kemana-mana." Ucap Kineta, setelah ketegangan beberapa saat tadi.

"Terserah kalian, aku mau ke studio." Ucapku seraya pergi keluar apartemen.

"Kamu memaafkan aku kan Axell! " Teriak Dennis. Yang kujawab dengan anggukan pelan.

Aku bingung. Di satu sisi Dennis adalah temanku, tidak mungkin aku membencinya hanya karna aku cemburu tidak jelas. Di satu sisi lagi aku begitu sangat over protektif pada Aira.

Oh iya, aku lupa kalau aku belum belum sarapan. Sepertinya berhenti sebentar di Caffe favorit ku bukan masalah.

"Saya berhenti di tempat biasa."

"Baik Nona."

Supir ku berhenti tepat di depan Caffe.

"Kamu juga bisa memesan makanan kalau kamu mau." Tawar ku sebelum turun dari mobil, tapi pria itu beralasan kalau dia sudah kenyang.

Aku memilih duduk di pojokan agak jauh dari pintu masuk, karna Caffe ini banyak memakai dinding kaca sehingga membuat kita terlihat jelas dari luar. Aku tidak ingin wartawan mengetahui keberadaan ku si sini.

Aku menurunkan masker yang kupakai setelah pelayanan datang menawarkan menu.

Sepertinya gadis ini pelayan baru, dia menatap wajah ku cukup lama yang tentu saja membuat kita agak risih.

"Hmm maaf ada apa? "

"Tidak apa-apa, maaf sepertinya wajah Anda sangat familiar." Ucap gadis itu sedikit gugup karna aku ikut menatapnya.

"Mungkin hanya perasaan mu saja."

Akhirnya gadis itu pergi setelah aku menyebutkan menu yang aku inginkan.

LOVE MUSICIAN (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang