•••
Satu bulan setelah menerima surat itu, hidup Hyunjin cukup terganggu. Meski tidak ada kejadian yang cukup berat. Hanya satu dua kali demam, itu pun tidak separah dulu.
Dia merasa tentram, tidak banyak beban pikiran. Bisa jadi hasil tes itu tidak benar, atau ada kesalahan. Atau mungkin dia sembuh alami dalam sekejap. Entahlah. Yang jelas, dia bisa melangsungkan comeback Yellow Wood dengan lancar.
"Hyunjin-ah!" Seseorang mengetuk pintu kamar Hyunjin yang sebetulnya sudah terbuka.
Dia sedang berbaring di atas kasur, memainkan ponselnya. Dengan airpod dan volume yang super besar. Akibatnya, dia tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangan tempat tidurnya.
"Hyunjin, gue mau ngomong sama lo." Felix mendekati ranjang Hyunjin dan berdiri tepat di sampingnya. "Duduk!" perintah Felix. Hyunjin yang baru menyadari kehadiran Felix segera melepas benda yang menyumbat telinganya. "Apa?" tanyanya dengan raut datar.
Felix dan Hyunjin duduk berhadapan. Hyunjin merasa sedikit aneh karena Felix menatap matanya seserius itu. Dia juga tidak mengatakan apa pun. Hanya datang dan bertatap muka dengan Hyunjin. Tak tahu maksudnya untuk apa.
"Nggak jelas banget, lo!" Hyunjin kembali menggulingkan tubuhnya ke kasur.
Felix berjalan dengan rusuhnya ke luar. Lalu tak lama kembali dengan sebuah kaus di tangannya. Hyunjin terperanjat. Dia berdiri dan merebut bajunya dari tangan Felix.
"Gue nemuin baju itu di mesin cuci. Kenapa mesti lo gulung-gulung ditutupin pake baju lain segala? Baju lo warnanya putih. Gue tau itu bekas ketumpahan sesuatu yang warnanya merah darah."
"Berisik lo!"
"Lo mau ngomong baik-baik atau mau gue bongkar semuanya pake cara kasar?!" Felix, dengan suaranya yang dalam, kembali menjadi dark person yang menyeramkan.
Hyunjin melempar bajunya ke lantai. "Lo bener-bener nggak jelas, tau nggak? Tiba-tiba dateng terus nyolot dan bikin gue ikut emosi!" sentak Hyunjin.
"Gue cuman pengen lo cerita soal semuanya, udah, gitu doang. Gampang, kan?" pinta Felix.
Perasaan Hyunjin mulai tidak enak. Memang, baju yang dibawa Felix tadi adalah kaus yang ia pakai untuk menahan mimisan yang sempat terjadi tadi malam. Hyunjin sempat mencucinya dengan air biasa. Tapi belum bersih sepenuhnya.
Jadi dia menggulung beberapa pakaian untuk menutupi kaus itu. Namun Felix terlalu jeli. Hari ini dia hendak menyalakan mesin cuci, dan mendapati sesuatu yang membuatnya cukup penasaran.
"Gue harus cerita apa, sih?! Gue nggak ngerti apa-apa, oke?" Hyunjin mencoba menenangkan dirinya. Mencoba mengerti bahwa perilaku Felix memang emosian. Jadi dia tidak boleh ikut emosi meski tidak tahu apa-apa.
Felix mengancam Hyunjin lewat tatapan matanya. Hyunjin sebenarnya mengerti hal yang diinginkan Felix untuk diketahuinya. Tapi dia terlalu takut. Dia terlalu takut untuk jujur pada Felix tentang suatu hal yang di bumi ini hanya ia dan Tuhan yang tahu. Oh, dengan Mama dan Dokternya.
Beberapa detik berlalu, Felix akhirnya mengambil tindakan nekat.
"Semenjak lo punya buku itu, gue terus awasin lo. Lucu, gue tau lo orangnya males baca, kecuali ada sesuatu yang bikin lo terpaksa."
Felix yang merasa janggal dengan buku 'panduan kesehatan' yang selalu Hyunjin baca dan dibawanya ke mana-mana akhirnya angkat bicara.
Dia membuka laci sebelah ranjang. Mengeluarkan sebuah amplop coklat dan langsung dilemparnya ke lantai. Lalu mengeluarkan beberapa dokumen lainnya. Semuanya berhamburan di lantai. Benar-benar berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [ ✓ ]
Fanfiction[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia dihargai atas perjuangannya selama ini. Dia akan dikenang dunia sebagai si kuat Hwang Hyunjin. Dia akan dijadikan lambang semangat mulai tahun i...