30. SINGLE CONCERT : HI HYUNJIN!

19.3K 1.9K 985
                                    

Akhir tahun 2020

Ada yang sedikit lebih baik. Meski tetap saja, sebagian dari mereka masih rapuh.

Perhatian!

; Satu bagian sedih terakhir sebelum menyentuh akhir yang bahagia.

Selamat membaca! <3

***

"Jisung mana?" Laki-laki dengan rambut yang lagi-lagi blonde, menyimpan semangkuk besar jjangmyeon ke atas meja.

"Di kamar, hyung." Seungmin bersuara.

Chan ber-oh panjang. Meja makan telah ramai, hampir sempurna. Semua kursi telah diisi terkecuali tiga; milik Jisung, Woojin, dan Hyunjin. Member-member mulai makan, cacing di perut mereka telah demo. Setelah seharian penuh berlatih untuk comeback lagi.

Chan kemudian membagikan piring satu-persatu. Tiap kursi diberi piring. Pun dengan milik Woojin dan Hyunjin.

Bedanya, piring bagian Hyunjin disimpan terbalik. Disana terdapat tanda HJ. Piring Hyunjin memang istimewa, Hyunjin tidak mau ada yang memakai piring miliknya. Karena itu dia beri tanda. Meski Hyunjin tidak lagi menggunakannya, Chan selalu mencuci piring tersebut. Lalu ditaruh di atas meja makan pula.

Semuanya makan dengan lahap. Sampai akhirnya semua habis. Tersisa piring Jisung yang makanannya masih utuh. Dia masih belum keluar kamar. Satu-persatu member mulai pergi untuk melakukan aktifitasnya masing-masing. Lebih tepatnya menunggu makanan tercerna sebelum pergi tidur.

Terkecuali Chan.

Dia akan menunggu sampai Jisung datang dan menghabiskan makanannya.

Pukul sembilan kurang beberapa menit, Jisung baru muncul. Lekukan otomatis terbentuk di wajah hyung yang kini menjadi yang tertua, Chan. Melihat kedatangan Jisung ke meja makan adalah sesuatu yang jarang terjadi. Dia lebih sering membawa makanannya untuk dihabiskan di kamar. Entah dengan hari ini.

Jisung datang. Dia langsung duduk, meneguk segelas air putih sampai habis. Setelah itu beranjak, berniat kembali ke kamar. Ketika Jisung berdiri, Chan ikut berdiri dan menyuruhnya untuk kembali duduk, menghabiskan makanan.

Dia menuli. Jisung menjadi pendiam lebih dari siapapun. Seolah tidak mendengar ucapan Chan, Jisung berlalu begitu saja. Meski harus ia akui, perutnya kosong. Dia lapar. Tapi dengan egoisnya dia lebih memilih untuk tidur. Toh mimpi tidak lebih jahat daripada realita.

Jisung meringkuk di kasurnya. Dia mulai merasakan maag yang luar biasa menyiksa. Bagaimana tidak? Untuknya, makan bukan lagi kebutuhan utama. Jisung terus melingkarkan tangannya di perut sembari berusaha keras untuk tidur.

Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia membalikkan tubuhnya, menghadap kasur Hyunjin yang kosong.

Jisung kemudian beralih, membawa serta selimutnya untuk tidur di kasur Hyunjin. Percaya atau tidak, Jisung selalu merasa lebih baik jika sudah berada di tempat itu. Keinginan untuk menangisi yang sudah-sudah memang jarang terjadi sekarang ini. Jisung sedikit menangis, namun seringkali melamun.

Jujur saja, dia masih belum bisa menerima.

Maag yang terasa semakin mengganggu. Jisung beberapa kali melirih, sampai akhirnya menangis. Karena rasanya begitu perih, sakit. Padahal dulu, tidak ada riwayat maag Jisung kambuh hampir setiap malam.

Lalu, dia merasa ingin muntah.

Jisung segera pergi ke kamar mandi. Ketika melewati meja makan, dia terhentak. Jisung memperlambat langkahnya, melihat Chan tidur disana. Melipat kedua tangan sambil menyender ke punggung kursi, dengan mata yang terpejam.

Grow Up [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang