•••
"Hey, good morning, Hyunjin."
Felix membenarkan masker yang dipakainya. Matanya tidak membengkak lagi. Padahal setiap hari, ia selalu saja terbangun dalam keadaan sembab. Felix banyak menangis sekarang. Dia menjadi cengeng.
Dia mendorong sebuah kursi kecil yang ada, mendekatkannya pada ranjang Hyunjin. Ia kemudian duduk, hanya diam menatapi wajah Hyunjin yang sedang pulas. Hyunjin tertidur dengan banyak alat bantu di tubuhnya. Dengan masker oksigen, dengan ini dan itu yang membantu mempertahankan kerja organ tubuh. Kepalanya bersih, benar-benar tanpa sehelai rambutpun. Juga, tanpa kupluk hangat yang biasanya ia pakai selama beberapa bulan ke belakang.
"Chan-hyung sakit, nggak bisa dateng hari ini. Jadi, gue yang gantiin dia. Nggak apa-apa, kan?" Tanya Felix.
Padahal dia tahu pasti, Hyunjin tidak akan meresponnya.
"So, how's your day?" Suara Felix yang berat itu terdengar samar.
"Jangan kelamaan tidurnya. Jangan susah bangun. Nggak baik."
Felix terus mengajak Hyunjin untuk berbicara. Sedang matanya tertutup rapat. Bagaikan jasad tak berpenghuni. Hidup, namun mati. Ia terkurung dalam ruangan gelap tak bertuan. Sendirian.
Ruangan ini lebih sesak daripada kamar Hyunjin yang sebelumnya. Karena terdapat banyak alat, seperti tabung oksigen dan lain-lain, membuat kesan ruangannya seperti sempit.
Dia tidak datang sendirian. Felix dikawal oleh managernya. Tapi karena manager sedang mengalami flu ringan, dia tidak diizinkan untuk masuk ke ruang ICU. Hanya bisa duduk menunggu di luar.
"Keberuntungan lagi nggak berpihak ke kita, Hyun. Tapi lo jangan nyerah. Nggak papa lo nggak bangun sekarang, masih ada besok pagi. Yang penting, lo harus." Ujarnya tak patah semangat.
Pada pukul delapan lewat beberapa menit, manager mengetuk pintu.
Felix yang sedang asik bercerita pada Hyunjin lekas menengok. Manager menggerak-gerakkan tangannya, mengisyaratkan Felix untuk keluar karena mereka harus segera pulang. Sedikit kecewa, akhirnya Felix pamit pada Hyunjin.
Ini hari ke sepuluh.
Dan Hyunjin, masih belum bangun dari tidur panjangnya.
Dia jatuh koma karena daya tahan tubuhnya yang buruk. Dokter Kang terlambat menyadari hal itu. Dia sama sekali tidak memprediksi hal ini akan terjadi. Ketika terakhir kali melakukan kemo, Hyunjin tidak bangun setelah beberapa jam tertidur. Dia tidak merespon meski Dokter Kang memanggil namanya berulang kali.
Sekarang, dia dipindahkan ke ruangan yang lebih intensif. Suster juga tidak boleh sembarangan masuk.
Kabar Hyunjin koma langsung sampai pertama kali pada manager, kemudian pada Felix. Dia menjelaskan dengan hati-hati ke semua member. Sedih? Iya. Mereka sangat terpuruk. Rasa sakitnya sama seperti pertama kali mengetahui bahwa Hyunjin yang periang terkena kanker.
Keadaan dorm semakin berantakan. Terutama Jisung, Jeongin, dan Chan. Ketiga manusia itu paling batu. Tidak pernah menjawab jika ditanya. Dan Jisung, dia terlihat semakin kurus saja. Seakan tidak mempedulikan kesehatannya sendiri.
Manager sampai harus menginap berhari-hari di dorm untuk mengawasi member. Takut terjadi hal buruk diluar kendali karena mereka pasti stres berat. Terutama Chan. Manager takut Chan mengalami depresi yang sama seperti dulu.
Tapi, tahu sesuatu?
Meski mulut Chan selalu terkunci ketika di dorm, justru dia yang paling rajin menjenguk Hyunjin. Setiap pagi, Chan pergi ke gereja untuk berdoa. Kemudian membeli setangkai mawar merah di dekat gereja. Setelahnya dia langsung menuju ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [ ✓ ]
Fanfiction[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia dihargai atas perjuangannya selama ini. Dia akan dikenang dunia sebagai si kuat Hwang Hyunjin. Dia akan dijadikan lambang semangat mulai tahun i...