•••
"Pengendaranya mabuk. Dia masuk jalur berlawanan dan menabrak mobil yang ditumpangi teman-teman kalian. Parahnya, mobil itu menghantam bagian belakang. Menyebabkan salah seorang korban terjepit dan kesulitan untuk di evakuasi. Semuanya murni kesalahan tersangka."
Polisi yang mengurus kejadian itu berterus terang kepada salah satu manager yang berjaga di depan UGD. Felix, Seungmin, dan Changbin ikut menyimak. Mereka mendengarkan. Tak lama setelahnya, polisi itu undur pamit karena harus kembali ke TKP.
Ketiganya masih shock. Sehingga untuk menangis saja sangat sulit. Iya, mereka menangis. Namun tangisan yang keluar tanpa suara. Mereka berteriak dalam hati. Menjerit. Meraung. Marah pada Tuhan atas apa yang sudah terjadi.
Rumah sakit itu mendadak ramai karena beberapa reporter dengan sengaja datang untuk meliput. Meminta pernyataan dari polisi. Terutama karena yang bersangkutan dengan kecelakaan ini adalah boygrup yang sedang naik daun.
Untung saja petugas yang berjaga melarang mereka masuk ke dalam.
Ketiga member yang dalam keadaan baik-baik saja, duduk di kursi tunggu depan UGD.
Manager mereka sibuk mengurus ini itu. Mau tidak mau mereka ditinggalkan. Manager berpesan agar ketiganya tidak pergi kemana-mana. Karena itu membahayakan. Mereka menurut. Lagi pula, inginnya juga tetap menunggu di depan UGD. Menunggu kabar dari Chan, Jeongin, Minho, juga Jisung.
Changbin menunduk. Air matanya menetes ke lantai. Begitu juga dengan Felix. Namun Seungmin, dia terus berusaha melihat keadaan keempat temannya yang terluka. Seungmin tidak duduk sejak dia datang ke rumah sakit ini. Aktifitasnya adalah berjalan bolak-balik sambil sesekali berdecak khawatir.
Felix membuka ponselnya, berniat melihat jam. Ternyata pukul dua dini hari. Perhatiannya seketika teralihkan pada notifikasi pesan tiga jam lalu yang baru dia lihat sekarang.
Jisung buruk rupa : Gue mau ketemu Hyunjin loh besok, wleeee :p
Felix semakin kuat menangis. Changbin memeluknya dengan erat. Mengusap air mata Felix dengan tangan kosong. Changbin paling tidak suka jika sudah melihat Felix menangis. Tangisannya bisa menular pada semuanya. Seungmin juga, dia terus menyeka matanya hingga terasa perih.
Jisung, kamu berada di bangunan yang sama dengan Hyunjin. Meski di ruangan yang berbeda. Sudahkah kamu menemuinya? Sudahkah mengucapkan 'Halo' pada Hyunjin yang sangat kamu rindukan? Sudahkah kalian saling memeluk? Jisung? Apa kamu mendengarku? Kamu benar-benar telah menemui Hyunjin karena keadaanmu sama persis sepertinya.
Manager datang menghampiri ketiga member itu. Dia sudah selesai dengan urusannya. Biar manager lain yang mengurus data-data. Manager yang berbadan gembul ini hanya ingin menemani ketiga orang itu supaya tidak kesepian.
Ia duduk di samping Changbin. Mengusap punggungnya. Kemudian menyuruh Seungmin untuk duduk.
"Sini, duduk,"
"Sempit." Seungmin menggeleng. Melihat kursi tunggu yang ada dibuat penuh karena managernya.
"Duduknya di paha saya aja."
"Dih, uke." Seungmin tetap menolak. Dia lebih memilih berdiri, menyender pada tembok.
Satu jam mereka mematung di depan ruangan UGD. Diam menunggu kabar. Sampai ketiganya mulai mengantuk, terus-terusan menguap. Manager akhirnya mengajak mereka untuk pulang sementara ke dorm. Beristirahat sebentar. Dan ketika matahari telah terbit, manager akan mengajak mereka kembali ke rumah sakit.
"Orang tua Chan datang besok pagi, orang tua Jisung sekitar lusa, karena mereka baru sampai di Malaysia. Mama Minho dan Jeongin sudah datang. Kita bisa pulang." Manager meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [ ✓ ]
Fanfiction[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia dihargai atas perjuangannya selama ini. Dia akan dikenang dunia sebagai si kuat Hwang Hyunjin. Dia akan dijadikan lambang semangat mulai tahun i...