11. Going Over

14.9K 2.2K 569
                                    

•••

Hyunjin pergi ke dapur untuk menyeduh segelas kopi. Jarang-jarang dia menginginkannya. Ketika sampai di dapur, Hyunjin bertemu dengan Felix dan Seungmin yang sedang memasak sesuatu untuk member.

"Masak apa?" tanya Hyunjin, mengintip apa yang sedang dipotong oleh Seungmin.

Ternyata mereka membuat kimchi.

Felix terhenti sesaat, beradu pandang dengan Hyunjin. Hyunjin meneguk ludah, dia ingin mengatakan sesuatu pada Felix, tapi ada Seungmin di sana.

Lalu, Hyunjin meninggalkan keduanya untuk mengambil sebuah gelas dan memasukkan dua sendok kopi pahit ke dalamnya.

"Ini aja." Tiba-tiba saja Felix menggeser gelas berisi bubuk kopi itu dengan segelas minuman jahe.

"Nenangin perut. Kopi jahat," katanya sambil terkekeh.

Hyunjin ingin menolak, dia tidak begitu suka minuman seperti ini. Tapi kalau diingat-ingat, anjurannya memang seperti itu. Hyunjin harus menghindari minuman semacam kopi dan banyak meminum minuman herbal.

Ketika jam makan malam tiba, orang-orang berebut kimchi yang dibuat Felix dan Seungmin. Sedangkan Hyunjin, dia hanya menonton. Piringnya tetap bersih, di saat orang lain makan dengan lahapnya.

Felix paham, dia mengambil sesuatu dari dapur untuk Hyunjin yang sebetulnya sudah dibuatnya bersamaan dengan kimchi tadi. Ia membuatkan semangkuk sereal gandum untuk Hyunjin.

Hyunjin makan dengan porsi yang berbeda; lebih sedikit daripada biasanya.

Felix tahu betul, Hyunjin tidak boleh makan makanan pedas seperti kimchi. Lambat laun, laki-laki itu menjadi seseorang yang paling memahami Hyunjin tanpa harus diberi tahu.

•••

Bangunan yang cukup berumur itu berdiri kokoh di tengah-tengah kota Seoul. Ratusan orang tinggal meski tidak menetap di dalamnya. Hyunjin melangkah masuk dengan yakin dan harapan besar.

Dia benar-benar sendirian. Manager tidak bisa mengantar dan Mama juga sedang sibuk. Sopir pun hanya bisa melakukan tugasnya, tidak bisa lebih dari sekadar mengendarai mobil mengantar member sampai ke tempat tujuan. Sisanya biarkan menjadi urusan pribadi.

Hyunjin memasuki lift, menuju lantai delapan. Keluar dari lift dia harus melewati lorong yang cukup panjang untuk kemudian menekan bel di depan ruangan Dokter Kang yang posisinya paling akhir.

Dari kejauhan, ia bisa melihat tembok di ujung yang dihias sebagus mungkin. Banyak tempelan di dinding berbentuk bunga, beberapa catatan, emoji tersenyum, dan banyak lagi. Lalu di tengah-tengah ada lonceng kecil berwarna putih.

Hyunjin tidak langsung pergi ke ruangan Dokter Kang. Ia lebih dulu berdiri mematung memandangi surat-surat kecil yang menempel di sana. Dekat lonceng, ada sebuah tulisan yang cukup besar; Cancer Free.

Artinya, siapa pun yang sudah benar-benar terbebas dari kanker boleh membunyikan lonceng ini. Kemudian menulis beberapa kata, ucapan syukur.

Tangan kanan Hyunjin tiba-tiba terangkat, dia hendak menyentuh benda paling bahagia itu. Namun cepat-cepat menurunkannya kembali. Karena Hyunjin belum sembuh, dia belum layak.

"Hyunjin-ssi?"

Hyunjin lekas menengok, melihat siapa yang telah mengejutkannya.

"Hyunjin?" Dia memastikan sambil tersenyum. Karena separuh wajah Hyunjin tertutup masker.

Ia menurunkan maskernya. Balas tersenyum.

"Secepatnya kamu boleh membunyikan lonceng itu," ujar Dokter Kang yang memang sedari tadi diam-diam memperhatikan Hyunjin dari kejauhan.

Grow Up [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang