-Bacanya pake hati tapi jangan dibawa ke real life ya.-
•••
Januari, 24.
Hanya terdengar suara keran air yang cukup kencang. Air yang mengalir bening, namun kemudian berubah menjadi merah. Tercampur. Dengan darah.
Lelaki itu tidak panik. Dia berusaha tenang meski tentulah cemas. Berkali-kali dia mengusap hidungnya, berusaha membersihkan darah yang tak kunjung berhenti.
Sudah cukup, ini kesekian kalinya penyiksaan itu kembali datang. Menghantui. Merusak hari-hari yang seharusnya indah.
Selama dua bulan, dia harus berpura-pura sehat. Meski konsekuensinya besar. Dia tahu, ketika kembali ke Seoul nanti, mungkin tubuhnya sudah separuh terkena virus.
Tak apa. Semoga saja tidak.
Langkah kaki terdengar berlarian menyusul menuju ke kamar mandi. Ketika dia masuk, yang pertama kali dilakukannya adalah memejamkan mata, memukul keningnya pelan.
"Ini udah nggak bener." Felix bergumam, khawatir pada level yang tinggi.
"Lo nggak bisa terus acuh sama panggilan Dokter Kang. Lo harus dateng. Lo harus nurut sama nyokap lo."
Hyunjin memuntahkan sedikit cairan yang juga berwarna merah. Giginya, terlihat merah juga. Bau darah memenuhi kerongkongannya sendiri. Dia tersiksa karena keegoisannya yang dengan mudahnya membuang semua obat itu.
Karena tour ini belum berakhir, dia belum bisa pergi ke rumah sakit. Hyunjin harus menunggu sampai tour ini selesai. Tuhan, kuatkan.
"Denger. Selesai dari konser ini kita langsung pergi ke rumah sakit, oke?" Felix menghampiri, menepuk pundak Hyunjin. Mendesaknya untuk meng-iyakan tawaran Felix pergi ke rumah sakit.
Berhenti juga.
Hyunjin menarik tisu dari wadah yang menempel di dinding, membersihkan mulut dan hidungnya.
"Gue nggak kenapa-kenapa."
"Selalu itu. Alesannya itu terus. Dimana titik 'nggak kenapa-kenapa' nya? Hey, lo belum kemo selama dua bulan. Lo nggak minum obat sama sekali. Liat sekarang! Lo gampang sakit. Gampangan banget. Dikit-dikit mimisan, dikit-dikit pingsan. Terus lo bilang nggak kenapa-kenapa, gitu? Cih," Felix benar-benar emosi. Dia kehilangan cara untuk menjelaskan semuanya pada Hyunjin yang terlalu keras kepala.
Hyunjin berdecak pelan, "Iya gue periksa nanti." Balasnya singkat, melempar tisu bekas ke dalam tong sampah yang tersedia.
Keduanya keluar berbarengan. Kembali menuju belakang panggung. Hyunjin harus mengulangi setengah make-up nya yang terhapus karena air tadi. Sedang Felix, dia berniat memperbaiki rambut.
Hyunjin mendapat sentuhan make up di bibirnya yang pucat. Lalu sedikit di bagian pipi. Dan terakhir, menata rambutnya yang sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [ ✓ ]
Fanfiction[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia dihargai atas perjuangannya selama ini. Dia akan dikenang dunia sebagai si kuat Hwang Hyunjin. Dia akan dijadikan lambang semangat mulai tahun i...