•••
Di luar hujan sedang turun, Hyunjin duduk berselimut di ruang televisi. Menonton tayangan komedi bersama Jeongin dan Seungmin. Seperti biasa, Chan, Changbin, dan Jisung tidak ada di asrama. Mereka selalu menjadi perwakilan ketika rapat. Kali ini untuk comeback Levanter, rapat untuk mengubah sedikit konsep dan penjadwalan ulang.
"Enak ya hidup jadi komedian, kerjanya hibur orang, jadi ikut bahagia juga," ujar Seungmin ketika menonton cuplikan yang ada di televisi.
Hyunjin terkekeh, melepas beanie hat yang dikenakannya. Senyumannya perlahan meredup, melihat banyak rambutnya terlepas di dalam topinya. Dengan tangan gemetar, dia mengumpulkan rambutnya yang telah rontok. Dia benar-benar takut.
"Stres ya, Hyung?" tanya Jeongin polos.
"Kita mau comeback lagi, nggak usah mikirin yang nggak perlu dipikirin," sambungnya.
Menyadari efek samping kemoterapi itu mulai berpengaruh, Hyunjin kembali putus asa. Ia ragu untuk menjalani kemoterapi selanjutnya karena dua kali sudah cukup merenggut banyak helaian rambut. Sendi-sendinya juga terasa nyeri dalam jangka waktu panjang. Dia kehilangan nafsu makan selama satu minggu penuh sehingga berat badannya turun drastis.
Ia bangkit, pergi ke kamar mandi untuk menyendiri.
Minho dan Felix mendapat bagian membersihkan asrama. Minho masuk ke kamar Jisung, berniat merapihkannya. Dia satu ruangan dengan Seungmin dan Hyunjin. Kamar mereka terhitung paling berantakan dan sempit. Banyak barang-barang tidak berguna yang sengaja disimpan di sana—kesannya seperti gudang.
Minho menekan tombol merah yang ada pada alat penyedot debu, menyalakannya.
Beberapa helaian rambut terlihat berserakan di bawah kasur Hyunjin, begitu pun di bantal tidurnya. Minho berhenti sesaat, mengambil gumpalan rambut tersebut karena takut tersedot dan membuat mesinnya rusak. Dia juga mengambil rambut yang ada di kasur Hyunjin, kemudian membuangnya ke tempat sampah yang ada tanpa berpikir macam-macam.
"Hyung!" panggil Felix dengan nada terkejut ketika memasuki kamar Hyunjin dan mendapati Minho tengah meraih beberapa helaian yang tersisa di lantai.
"Apa?" tanya Minho santai, membuat Felix ikut tenang dan tidak sekhawatir tadi.
"Ini si Hyunjin kenapa, sih? Rambutnya sampe rontok banyak gini," Minho berucap, kebingungan. Felix mengangkat bahu, pura-pura tidak tahu. Padahal dalam hati dia mengumpat, seharusnya kemo tidak menyakiti Hyunjin dengan cara seperti ini.
"He's fine." Felix tersenyum kecil dengan pandangan yang kosong. Minho mengangguk acuh, kemudian berlalu ke luar ruangan, lanjut membersihkan kamar sebelah. Sementara itu, Felix masih mematung di tempatnya.
"I hope."
•••
Hal yang paling Hyunjin takutkan terjadi; jadwal kemonya bertabrakan dengan jadwal tampil.
Mau tidak mau dia mengutamakan karirnya kali ini. Hyunjin sempat pergi ke rumah sakit untuk menebus beberapa obat, sekaligus bertemu dengan Dokter Kang dan menjelaskan. Dia tidak berjanji, tapi berharap lusa bisa mengikuti kemo lagi.
Dokter Kang tampak begitu kecewa. Dua minggu yang lalu Hyunjin membatalkan kemoterapinya karena dia tidak mendapat izin untuk keluar dari asrama. Sekarang halangan muncul lagi, bahkan lebih tidak bisa dikesampingkan.
Ponselnya berkali-kali berdering, manajer menghubunginya. Menyuruhnya untuk segera menuju ke salah satu gedung di Seoul. Member lain sudah lebih dulu sampai, mereka melewati red carpet dengan jumlah tujuh orang karena keterlambatan Hyunjin. Lagi-lagi manajer menggunakan alibi Hyunjin terlambat karena dia lebih dulu menjadi MC di salah satu acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [ ✓ ]
Fanfiction[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia dihargai atas perjuangannya selama ini. Dia akan dikenang dunia sebagai si kuat Hwang Hyunjin. Dia akan dijadikan lambang semangat mulai tahun i...