•••
Hyunjin baru pulang dari gedung agensi. Sempat melakukan siaran langsung dan berlatih sebentar. Tidak semua member pergi ke perusahaan, hanya sebagian. Sisanya diam di asrama, beristirahat.
"Balik sama siapa tadi?" Sambut Felix ketika melihat kedatangan Hyunjin dari ambang pintu.
"Lino-hyung," balas Hyunjin, cuek.
Benar saja, Minho masuk ke dalam tak lama setelah Hyunjin. Bedanya dia terengah-engah, seperti habis dikejar anjing. Ternyata betul, ia bercerita heboh kalau ada anjing yang terlepas dan menggila di jalanan.
Minho menjadi sasaran. Dia berlari tak tentu arah, karenanya sampai lebih lambat ketimbang Hyunjin.
"Nggak kecapekan, kan?" Felix membuntuti Hyunjin yang berjalan ke arah dapur.
Hyunjin mengiyakan. Ia mengambil sesuatu dari dalam lemari, sebungkus ramen pedas yang diidamkan-nya sejak beberapa hari yang lalu.
Felix merebutnya secara paksa.
"Inget, harus bisa ngontrol diri," katanya, seolah dia adalah yang paling tahu tentang segalanya.
"Sekali doang, gue laper." Hyunjin yang sedang sedikit sensitif merebut kembali apa yang digenggam erat oleh Felix.
"Mau apa? Salad buah? Atau gue kukus sayuran, deh."
"Lo bisa nggak sih, berhenti ngatur-ngatur makanan gue?" Hyunjin mulai kesal, karena semakin lama, Felix jadi memaksa. Sudah satu minggu lamanya, Hyunjin dikurung oleh Felix.
Dia memaksa Hyunjin untuk mengurangi porsi makannya, tapi harus makan dua jam sekali. Dia melarang Hyunjin terlalu lama berolahraga. Dia melarang Hyunjin untuk ini, untuk itu, yang jatuhnya membuat Hyunjin merasa terpenjara belakangan ini.
"Niat gue baik, Hyun." Felix memukul meja pelan, menegaskan ucapannya.
"Gue tau, gue inget kalo gue kanker. Tapi gue cuman mau nikmatin hidup," gumamnya. Dia tidak tahu sampai kapan batas usianya, jadi dia berpikir ingin menghabiskan banyak waktu untuk membuat dirinya senang.
"Lo bukan nikmatin hidup, lo nyiksa diri sendiri."
"Gue pengen bebas."
"Lo nggak bisa bebas selama lo belum sembuh. Ikutin dulu semua anjuran dokter baru lo bisa–"
"Gue capek, please."
Felix terhenti. Dia tidak bisa lagi menjawab ujaran Hyunjin karena sekarang dia mulai menangis. Felix merasa bersalah. Dia menyayangi Hyunjin. Tapi mungkin, cara penyampaiannya tidak tepat.
Keduanya terdiam. Hyunjin tetap teguh ingin makan ramen malam ini. Sementara Felix, dia khawatir terjadi sesuatu pada tubuh Hyunjin.
Baiklah, kali ini Felix tidak akan melarang Hyunjin.
Ia duduk di kursi meja makan, menunggu Hyunjin menyelesaikan ramennya. Tapi tiba-tiba saja terdengar keributan dari arah ruang tamu.
Itu terdengar benar-benar menyeramkan. Suara bentakan yang saling bersautan. Felix berdiri, dia hendak mengecek ke depan. Tapi Hyunjin lebih dulu menahan pergelangan tangannya.
"Bentar," katanya pelan.
Hyunjin merasakan kepalanya berdenyut secara tiba-tiba, sakit sekali.
Didengar lagi, sepertinya Woojin dan Chan sedang bertengkar. Disusul teriakan Minho dan Changbin yang juga terdengar emosi. Perdebatan antar member itu wajar, tapi sepertinya kali ini berbeda.
Hyunjin menangkap suara kaca yang pecah, pintu dibanting, dan banyak lagi. Ini bukan keributan biasa.
Keduanya akhirnya berjalan perlahan menuju ruang tamu. Hyunjin meninggalkan ramennya di meja makan. Lalu berpegangan pada Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [ ✓ ]
Fanfiction[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia dihargai atas perjuangannya selama ini. Dia akan dikenang dunia sebagai si kuat Hwang Hyunjin. Dia akan dijadikan lambang semangat mulai tahun i...