•••
"INI PUNYA GUE!"
"IH PUNYA GUE!"
"GUE TAUK!"
"MANA ADA PUNYA LO KAYAK GINI, INI PUNYA GUE."
"NGGAK, PUNYA GUE POKOKNYA."
Dua manusia paling tidak bisa diam itu membuat keributan di kamar tersunyi, kamar Hyunjin Jisung dan Seungmin. Lima belas menit terakhir, mereka terus memperebutkan earphone.
Jeongin bilang itu miliknya karena warnanya putih. Namun, Jisung juga yakin itu adalah miliknya karena ada sedikit lecet di bagian kabel. Juga berwarna putih.
"Berisik mulu lo pada. Kemarin rebutan boxer sekarang rebutan earphone. Besok-besok rebutan cewek aja biar manager turun tangan!" sergah Hyunjin yang sedang melipat-lipat pakaiannya untuk kemudian dimasukkan ke dalam lemari.
Setelah semua pakaiannya rapih, dia memutuskan untuk pergi ke ruang tamu. Takut gendang telinganya robek karena teriakan Jisung dan Jeongin beradu, saling bersautan.
Sampai di ruang tamu, Hyunjin melihat Felix yang sedang duduk sambil asik memotong kuku tangannya.
"Lo yakin nggak bakal kemo dulu?"
"Udahlah nggak usah dibahas." Hyunjin mulai risih dengan pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Felix sejak kemarin.
"Jangan lupa minum obat kalo gitu."
"Udah gue buang."
"Bego!" Felix langsung berdiri dari tempat duduknya. Hyunjin mengangkat kedua alisnya. "Kenapa?" tanyanya polos.
"Bisa nggak sih lo sekali aja pake otak, jangan egois! Dokter Kang bilang lo menuju sembuh, belum bener-bener bebas!" Suara Felix begitu lantang. Sehingga mengundang kedatangan Chan ke ruang tamu.
Felix kembali terduduk kaku, berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Chan yang baru sampai ikut duduk di sebelah Felix dan Hyunjin, membuat suasana kian canggung.
"Jadi, apa yang selama ini kalian rahasiain dari gue?" tanya Chan menginterogasi.
"Nggak ada," balas Hyunjin berusaha untuk bertingkah biasa saja.
"Gue berkali-kali denger kalian ribut, dan nggak ada yang mau cerita sama gue?"
Biasanya Chan menjadi penengah ketika dua orang sedang bertengkar. Apa pun masalahnya, Chan pasti bisa memberi solusi. Namun kali ini kasusnya lain. Hyunjin dan Felix tidak bisa meminta saran kepada Chan karena hal yang selalu keduanya perdebatkan adalah tentang kemoterapi.
Terdengar decakan dari Chan, dia memiringkan posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Hyunjin.
"Lo sebenernya punya masalah kesehatan apa, Hyun?" tanya Chan sarkas, membuat Hyunjin seketika meneguk ludah.
Tangannya gemetar. Hyunjin menyisir rambutnya ke belakang sambil beberapa kali menatap ke arah Felix. Ia benar-benar gugup, jantungnya mendadak berdegup sangat cepat.
"Nggak ada," Hyunjin memberi jawaban yang sama.
"Lo tau? Nyokap lo minta sama manager biar lo dikasih waktu hiatus satu tahun."
Hyunjin tercekat, dia membulatkan kedua bola matanya. "Mama?" tanyanya tidak percaya.
"Manager berkali-kali rapat soal ini. Mereka hampir mau ngajuin surat ke Pd-nim, tapi ketahan karena lo belum ada konfirmasi lagi," jelas Chan sambil terus menatap ke arah Hyunjin. "Lo bikin kita semua bingung, Hyun. Orang tua lo sendiri yang bilang kalo lo harus rest karena masalah kesehatan. Giliran lo yang ditanya sakit apa nggak mau jawab, nggak ada kepastian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [ ✓ ]
Fanfiction[ Telah dibukukan. ] ❝You did well, Hyunjin-ah...❞ Sepanjang Hyunjin melewati mereka, dia dihormati. Dia dihargai atas perjuangannya selama ini. Dia akan dikenang dunia sebagai si kuat Hwang Hyunjin. Dia akan dijadikan lambang semangat mulai tahun i...