Aku dan Jeno terduduk dibawah pohon besar. Duduk menekuk lutut menahan dingin.
Jeno terus melarangku untuk panik agar tubuhku juga tidak bereaksi demikian. Jadi aku bisa terus tenang dan tidak banyak pikiran. Jeno kawatir aku akan sakit karena terus memikirkan jalan keluar.
"Kita bakalan ditemukan kok. Jangan kawatir" kata Jeno sambil menepuk lututku.
Nggak bisa dibohongi lagi, Jeno juga tampak kawatir. Tapi ia menahannya agar aku tidak semakin takut.
Matanya terus menatap kearah langit yang menggelap bahkan cahaya bulan mulai meredup. Sepertinya langit sedang mendung
"Cuma mendung. Nggak akan hujan" kata Jeno.
"Lo yakin?" Aku tidak mempercayai ucapan Jeno meskipun dia jenius. Tapi dia hanya seorang anak laki laki biasa pemuja eksperimen bukan berarti dia memiliki jiwa keturunan seorang dukun ataupun pawang hujan.
Jeno terdiam.
Ia masih dalam posisi yang sama. Mendekatkan keningnya dengan lututnya
"Kita nggak coba cari jalan keluar dulu?" Ajakku yang langsung ditolak oleh Jeno
"Lo mau kita bakalan nyasar masuk lebih dalem lagi ke hutan?" Jawab Jeno.
Aku mendadak diam. Berusaha melawan ketakutan meskipun angin semakin berhembus membawa rasa dingin malam ini.
"Sabar ya, Jian. Semoga aja mereka sadar kalo kita hilang. Kalo nggak ya kita harus nunggu sampai subuh seenggaknya ada sedikit cahaya jadi kita bisa cari jalan nanti" ucap Jeno yang sedikit melegakanku.
Malam ini kami tidak tidur didalam tenda yang hangat sesuai dengan kesepakatan tadi siang. Kami tetap bergelut dengan dinginnya malam.
Gigitan nyamuk nyamuk dihutan juga suara suara serangga yang mengganggu telingaku. Bisa saja mereka menempel dibadanku, kan?
Hawa dingin malam itu menerkaku dan Jeno.Tak lama kemudian tubuhku mulai bereaksi menolak dingin. Badanku menggigil dan membuat Jeno semakin panik.
"Jian. Lo kedinginan, ya?" Kata Jeno yang kemudian melepas mantelnya yang sangat tebal.
Menutup tubuhku dengan mantelnya lalu tiba tiba dia memelukku erat. Meskipun aku terkejut tapi aku tidak bisa melawannya. Bisa saja aku mati kedinginan ditengah hutan jika menolak kebaikan Jeno. Bukan aku berfikir negatif dengan perbuatan Jeno. Tapi kebanyakan orang melakukan pertolongan pertama dengan posisi yang sama dengan Jeno.
"Tenang aja. Gue nggak akan macem macem kok. Cuma ini caranya biar kita bisa bertahan melawan dingin" kata Jeno kemudian.
Aku hanya bisa mengangguk. Rasanya hangat, nyaman. Bisa kurasakan hembusan nafas Jeno menyentuh pipiku. Dalam hati aku berterima kasih dia masih punya nurani untuk menyelamatkan nyawaku.
"Tidurlah. Biar nggak kerasa kalo malamnya lama. Gue bakalan jagain lo kok" bisik Jeno
Rasanya aku seperti memiliki seorang Super Perfect Boy at Night.
Jeno dengan tulus mengatakan dia akan menjagaku ditengah kegelapan didalam hutan yang sama sekali belum pernah ku jamah.
Seketika itu aku terbayang kata kata Jeno sebelumnya yang membuatku salah paham sampai menganggapnya orang yang dingin. Bahkan aku sampai mengira dia tidak menyukaiku. Aku juga sempat berkata pada Renjun jika hanya aku gadis yang dibenci oleh Lee Jeno. Dan Renjun sempat menyangkalnya lalu menjelaskan bagaimana sifat dan karakter seorang Lee Jeno yang sebenarnya.
Dan malam ini, ditengah hutan yang gelap tanpa cahaya yang menerangi. Gadis yang paling dibenci Lee Jeno sedang terlelap dibawah pelukannya, gadis yang paling dibenci Lee Jeno sedang berlindung dibawah lengannya. Merasakan kehangatan dari mantel yang dipakainya, juga tubuhnya yang bidang yang mampu menyembunyikan mungilnya tubuh seorang Yoon Jian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSER | end✓
Fanfictionend✓✓✓ Siapa bilang laki laki dan perempuan tidak bisa bersahabat? Aku bisa. -kata mereka Buktinya, sekarang aku bisa menemukan celah antara kejelasan perasaanku dan sahabat lelakiku, Lalu, siapa yang akan jatuh cinta duluan? Aku, atau kita berdua? ...