"Gue bener-bener pengen meluk lo" ucap Mark sedih
Aku terus terisak tanpa menjawab kata kata Mark
"Jangan nangis. Lo harusnya seneng bisa ketemu lagi sama gue meskipun keadaan gue begini" Mark masih membelai wajahku yang basah karena airmata
"Gue nggak lagi mimpi, kan? Mark lo nyata?" Mark mengangguk sambil meneteskan airmata
"Pasti lo ketakutan ya disana? Mereka ngapain lo aja, Mark?" Mark menggeleng sambil tersenyum menampakkan giginya.
"Tunggu disini ya, gue bakalan cari interkomnya. Sabar..."Mark melongo melihatku bangkit sambil berlarian mencari interkomnya berada.
Aku berlari tanpa mempedulikan aku akan ketahuan. Toh Mark sudah ditemukan. Tiba tiba...
"Yaaaa! Siapa itu?" Teriak seorang wanita dari lorong seberang yang gelap.
Aku menghentikan langkah kakiku, menunggu orang itu menampakkan dirinya
"Jung Sinha?" Pekikku.
Ia tampak melotot melihatku dan seketika mengambil sebuah balok kayu yang ada dibawahnya. Aku mulai panik. Bagaimana jika dia mencelakaiku seperti dia mencelakai Jaemin dan Mark?
Tanganku mulai mengepal saat dia melangkah pelan sambil mengangkat balok kayunya. Aku marah, aku kesal. Karena dia hubunganku dan Mark menjadi semakin terbatas. Dan beraninya dia menyiksa Mark dan Jaemin seperti itu.
"Nggak berkutik rupanya..." Sinha tertawa jahat sambil terus menghampiriku
"Nggak takut? Fans NCT yang rela pingsan dijalanan demi lihat mereka dibandara. Tapi diacuhkan?" Tambahnya lagi
Aku menahan setiap amarahku. Aku hanya menghela nafas dalam dalam sambil terus menunggu apa yang akan dilakukannya padaku.
"Gue nggak takut! Lo cuman gadis gila yang rela terlihat murah didepan Renjun? Lo lebih hina dari gue!!!" Bentakku dalam dalam.
Aku meluapkan setiap kekesalanku, setiap darah Mark dan Jaemin yang menetes karenanya sampai luka luka lebam ditubuh Mark dan Jaemin. Dia harus membayarnya.
Seketika itu emosiku sudah tidak bisa dibendung lagi. Aku mengambil tongkat besi yang tersandar di Boxroom terkutuk ini lalu mengangkatnya tinggi tinggi untuk melawannya. Meskipun balok kayunya terlihat lebih kuat dari tongkat besiku.
Aku siap terluka demi melindungi teman temanku.
"Berani ngelawan ya rupanya..."
"Okeyy.. wajah cantik lo nggak akan ada gunanya lagi kalo udah berani ngelawan gue"Aku bergeming memaki Jung Sinha. Dia gila atau bagaimana? Apa dia seorang psychopath?
"Meskipun gue harus mati, setidaknya gue mati karena melindungi teman teman gue"
Jung Sinha langsung mendekatiku dan mengayunkan balok kayunya ke badanku. Dan...
Plangg...
Aku menangkisnya dengan tongkat besiku. Seketika kayu dan besi kami terlempar dan kini tinggal dengan tangan kosong kami saling membela diri.
Sinha menamparku dengan kasar. Lalu kubalas dengan memukul wajahnya dengan kepalan tanganku. Kami saling menyerang.
Tanpa ampun, Sinha memukulku berkali kali.
Aku mencoba meraih sebuah batu yang ada disampingku lalu memukulkannya tepat dikepala Sinha.
Ia terhuyung jatuh. Darah dari kepalanya bercucuran diwajahku. Dengan cepat aku bangkit menjauhinya yang melontarkan umpatan berkali kali karena menahan sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSER | end✓
Fanfictionend✓✓✓ Siapa bilang laki laki dan perempuan tidak bisa bersahabat? Aku bisa. -kata mereka Buktinya, sekarang aku bisa menemukan celah antara kejelasan perasaanku dan sahabat lelakiku, Lalu, siapa yang akan jatuh cinta duluan? Aku, atau kita berdua? ...