Kalian pernah tidak merasakan kedekatan dengan orang lain tapi juga semakin kalian mendekatinya rasanya semakin dia akan menjauh. Itulah Fana, gambaran dari imajinasi kita yang memaksa untuk menjadi nyata.
Mungkin itu yang aku rasakan untuk Mark saat ini. Ada beberapa anak yang terlihat nyata bahkan bisa kusentuh dengan indera perasaku, tapi tetap saja aku masih membayangkan Mark. Bahkan dalam setiap tidurku. Bayangnya selalu melayang jelas mengelilingi pikiranku.
Entah dimana aku sedang berada sekarang. Apakah aku sudah mati? Setelah berjuang melawan hawa dingin ditengah hutan dan akhirnya Renjun, Jaemin dan anak anak lain menemukanku? Aku baru saja memulai kisah baru dengan Jeno. Aku tidak mau mati sekarang.
Hanya ada benda serba putih disini. Badanku tertancap beberapa selang yang membuatku tidak nyaman untuk bergerak. Tapi suaraku juga tidak mau keluar setiap aku mencoba untuk memanggil seseorang.
Tiba tiba disamping lenganku, seorang laki laki dengan rambut hitam tampak tertunduk dengan lengannya yang melipat diranjangku."Ah aku dirumah sakit" pekikku
Sepertinya ia sedang terpejam. Saat aku mencoba mengangkat badanku dan menyandarkannya, dia terbangun.
Aku terkejut kala ia mengusap matanya lalu melihatku membuka mata.
Mark, setelah lama ia menghilang. Akhirnya dia datang. Aku hanya bertanya dalam hatiku, bahkan dia bisa sampai tau aku disini?
"Jian-ah. Lo udah sadar?" Kata Mark sambil menyentuh wajahku.
Aku hanya bisa mengangguk. Saking bahagianya aku akhirnya bisa memandang wajahnya, lagi lagi aku harus jadi gadis cengeng didepannya.
Mark memelukku erat, kurasakan tetesan air matanya menetes dipundakku."Gue seneng akhirnya bisa liat lo lagi. Gue pikir gue bakalan tetep terpenjara. Gue kangen banget sama lo" bisik Mark sambil terus memelukku.
Beberapa saat kemudian tampak beberapa anak masuk kekamarku. Aku semakin terkejut manakala Renjun, Jaemin, Jeno, Chenle dan Jisung datang bersama Taeil.
Dan yang lebih mengejutkan, Jeno juga memakai pakaian yang sama denganku. Bahkan dia duduk dikursi roda yang didorong Jaemin.
"Jangan coba tanya dia dulu. Mulutnya masih kaku karena efek obat" kata Mark sambil melepaskan pelukannya. Ia tersenyum lalu mengusap air matanya
"Noona.. akhirnya noona sadar juga" kata Jisung yang tiba tiba mendekat disamping ranjangku. Suaranya terisak seperti habis menangis
"Noona, Jisung tadi menangis diluar karena Noona sudah 3 hari nggak bangun" sambung Chenle yang tiba tiba dibekap oleh Jeno agar diam
Aku terkejut. Ternyata aku sudah 3 hari tak sadarkan diri? Ada apa denganku sebenarnya
"Tenang Jian. Lo gapapa kok. Cuma perlu istirahat aja. Nanti akan ada dokter yang kesini periksa keadaan lo lagi" jelas Taeil.
Aku bertanya tanya kenapa anak anak itu bisa bersama Taeil dan Mark?
Apa yang dimaksud hyung kutu buku oleh Jisung waktu itu adalah Taeil?
Jelas Taeil selalu membawa buku kemana mana. Beda dengan Jeno yang selalu membaca e-book disetiap sela waktunya."Akhirnya hyung bisa bersama kami lagi. Meskipun Jeno hyung sedang sakit. Tapi gue bersyukur kalian baik baik aja" lanjut Chenle yang reflek memeluk Jisung
"Iya. Aku bosan bersama hyung kutu buku. Setiap hari dia selalu memasak ramyeon dan kimchi jiggae untuk kami" sambung Jisung yang mengundang tawa kami semua.
Aku bersyukur masih bisa bersama mereka. Meskipun aku masih bingung kenapa mereka bisa bersama.
Tak lama kemudian seorang dokter dan 2 perawatnya memasuki kamarku. Mereka hanya mengijinkan 2 orang menemaniku didalam. Akhirnya Mark dan Taeil yang menemaniku saat dokter memeriksa keadaanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSER | end✓
Fanfictionend✓✓✓ Siapa bilang laki laki dan perempuan tidak bisa bersahabat? Aku bisa. -kata mereka Buktinya, sekarang aku bisa menemukan celah antara kejelasan perasaanku dan sahabat lelakiku, Lalu, siapa yang akan jatuh cinta duluan? Aku, atau kita berdua? ...