Mayat

19.4K 1.1K 33
                                    

Alfa memasuki gedung tua itu dengan hati tak tenang. Aroma lembab dan apak membuat kuduknya meremang. Sungguh, seharusnya ia sudah berhenti dari pekerjaan ini setelah menyelesaikan kasus pembunuhan terakhirnya tiga bulan lalu.

Police line sudah terpasang pada area penyidikan. Beberapa petugas nampak sibuk memeriksa sekitar lokasi penemuan mayat. Alfa membuka penutup mayat, menunduk memeriksa, lalu membaca pesan kematian yang tertulis di dekat jenazah yang terbujur kaku dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Bagian tubuhnya nampak tercabik-cabik dan terkoyak menjadi beberapa bagian.

"Tolong aku 4793 ...," begitu tertulis di sebongkah batu yang terbalik di dekat mayat.

Pesan kematian itu terlihat berantakan dan ditulis dengan darah. Mungkin darah si mayat. Tetapi bagaimana bisa tubuh yang sudah terburai dan terpotong beberapa bagian dengan luka lebam di sekujurnya itu bisa menulis sebuah pesan kematian?

Alfa memperkirakan jenasah korban ini terjatuh dari ketinggian. Hantaman yang keras pada tanah berbatu terjal membuat tulang tubuhnya patah hingga organ dalamnya terburai. Beberapa bagian tubuh nampak terpotong, tersayat dan berserak. Jelas sekali tidak mungkin si mayat sempat menulis pesan kematiannya.

Seorang wanita berdandan tomboi menghampiri Alfa.

"Aku sudah mengambil sampel darahnya. Gloria akan memeriksa, apakah darah dari pesan kematian yang tertulis di batu, akan sama dengan darah si mayat," wanita yang berdandan tomboi itu menghampiri Alfa dan memberi tahunya.

"Terima kasih, Vin. Kau sangat membantu. Aku akan mengambil gambar dan mengumpulkan bukti-bukti lain. Suruh mereka segera membungkus jenazahnya. Kita yang akan membawa jenazahnya ke lab," Alfa memberi komando pada Vin.

"Baik, errrr ... aaarrrggghhh ... tolong! Tolong aku ... selamatkan aku! Sakit ... panas ... tolong! Errr ... graaawww ... arghhhh!"

Wanita bernama Vin tersebut terpental hingga terduduk dan terseret beberapa meter dari tempatnya berdiri sebelumnya.

"Vin! Vin! Kau baik-baik saja?" Alfa panik mengguncang tubuh Vin yang nampak limbung.

"Sshh.. arghhhh, kenapa selalu saja tiba-tiba? Makhluk-makhluk ini tidak pernah membiarkan aku hidup tenang," Vin berusaha berdiri dan menjaga keseimbangan dirinya. "Aku tak apa Alfa, tolong air," pintanya pada Alfa.

"Mereka merasukimu lagi? Kau mendapat pandangan tentang mayat ini?" Alfa bertanya tak sabar.

Vin tidak menjawab, hanya menggeleng dengan mulutnya terkatup rapat. Tubuhnya mematung, kemudian tatapan matanya menjadi kosong.

Alfa tak menyadarinya, ia terlalu sibuk dengan  mayat yang sedang diselidikinya sesaat kemudian. Meminta para polisi untuk membungkus mayatnya dalam kantong mayat.

"Vin, ayo kita berangkat!" ujarnya sambil mengguncang tubuh Vin.

Jauh di sebuah ceruk sudut yang gelap tak jauh dari tempat mereka, sepasang mata menatap lurus ke arah mereka. Sorot mata yang tajam dan penuh dengan kebencian.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang