Hitam dan Putih

6.4K 615 7
                                    

Sudah sejauh ini Gloria dan Ibu Wijaya berjalan mengikuti suara Vin. Gloria sudah sangat lelah, langkah kakinya berat dan tubuhnya serasa bertambah berpuluh-puluh kilo setiap melangkah.

Peluh membasahi wajah keriput Ibu Wijaya. Beliau nampak tak kalah lelah dibanding Gloria. Wajahnya semakin lama semakin pucat.

"Berat, sungguh berat! Kita serasa dipermainkan. Mereka sepertinya murka," gumam Ibu Wijaya setengah berbisik.

"Hitam hanya mampu dilawan oleh putih. Gelap hanya akan sirnah dengan cahaya."

Sebuah bisikan yang sangat jelas terdengar di telinga Gloria. Entah ini hanya terdengar di telinganya saja, atau Ibu Wijayapun mendengarnya.

"Opungmu, orang spesial juga, Nak. Ia hadir membantu kita," bisik Ibu Wijaya lagi.

Gloria berhenti melangkah, ia lalu duduk bersila dan mengajak Ibu Wijaya membuat lingkaran. "Kita panggil saja Vin untuk masuk dalam lingkaran ini, Ibu," pintanya.

Ibu Wijaya paham, beliau segera mengikuti apa yang Gloria lakukan.
"Lakukanlah, Nak! Di sini kaulah penuntunnya," bisik Ibu Wijaya.

Gloria menggenggam erat tangan wanita paruh baya itu. Memejamkan mata, membaca beberapa doa dan menyebut Vin dalam ingatan dan lisannya.

"Ssshhhh ... ssshhhh ... sssssshhhhh!" desisan sang ular mulai terdengar di telinga Gloria.

Bayangan imaginasinya terpecah pada bagaimana terakhir mereka merapalkan doa dalam lingkaran dan tiba-tiba tubuh Vin terjatuh lunglai tak sadarkan diri.
Gloria mendadak dilanda ketakutan. Ketakutan akan hal yang sama terulang kembali. Kali ini mungkin dirinya yang akan jatuh dalam kegelapan sang ular.

"Sssshhhhhhh ... sssssshhhhh!"

"Yakinlah, Nak. Teguhkan hatimu lalu kuatkan jiwamu," kata Ibu Wijaya dengan suara yang amat tenang. Beliau seolah tahu pergolakan batin dalam diri Gloria.

Gloria kembali berkonsentrasi, berusaha mencari suatu titik cahaya dalam kegelapan. Fokusnya kembali tercipta. Perlahan tapi pasti, ia bisa menemukan sebuah kilatan cahaya dan berusaha menemukan Vin.

"Vin!" pekiknya tertahan. Gloria melihat sosok Vin sedang membelakanginya.

"Kkrrrrrr ... kkkrrrrrr!"

"Vin, yakinlah ... mereka tidak dapat menyakiti jiwa-jiwa yang beriman. Kembalilah, Vin! Kalahkan kegelapan yang mengelilingimu," bisik Glow. Ia bergerak mendekati Vin, meski terselip ragu dalam hatinya. Gloria takut sosok itu bukan Vin.

Samar-samar Gloria mendengar Ibu Wijaya membaca doa-doa. Semakin lama Ibu Wijaya membaca doa, semakin banyak akumulasi kilatan cahaya yang hadir.

"Hitam hanya mampu dilawan oleh putih. Gelap hanya akan sirnah dengan cahaya."

Kembali Gloria mendengar bisikan itu. Bisikan suara yang semakin menguatkannya untuk segera keluar dari dimensi hitam dan putih ini.

"Aaarrrggghhhh!!!!" Vin nampak menjerit histeris.

Gloria mantap memeluknya, ia menjadi sangat yakin bahwa sosok yang dihadapannya adalah Vin.

Tubuh Vin bergetar hebat ketika Gloria memeluknya. Sebuah gelombang energi hitan yang sangat besar berusaha mengganggu dan memisahkan mereka.

"Argh! Aaaarrrgggghhhhhh! Tidak! Enyahlah kalian semua!" teriakan Vin terdengar menggelegar ditengah guncangan yang sangat dahsyat pada tubuhnya dan Gloria.

Meski demikian hebat gelombang energi hitam tersebut, Gloria tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Vin.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang