Potongan Tubuh

5K 492 2
                                    

Gloria menepis ketakutannya sendiri. Ia melafalkan beberapa doa yang diingatnya, lalu menguatkan hatinya untuk membuka laci mayat nomer 6 tempat ia menyimpan jenazah Mayyang dulu.

"Ada!" pekik Gloria. Ia tak bisa menyembunyikan kegirangannya ketika kantung mayat yang disimpannya terlihat di dalam laci nomer 6.

Gloria dengan cekatan mengambil masker dan sarung tangan. Dibukanya kantung pembungkus mayat, mengintip sedikit, lalu mengambil pinset besar dan sebuah wadah seperti mangkuk yang terbuat dari kaca tahan panas.

"Temukan jantungnya," bisik Nyonya Agnes.

Gloria sedikit mengaduk-aduk isi kantong mayat. Bau menusuk formalin bercampur aroma anyir darah dan organ yang hampir membusuk membuatnya ingin muntah.

Ia menahan nafas sebisanya, memalingkan muka jika ingin mengambil udara segar. Kemudian memercepat kerja tangannya mencari organ yang dimaksud Nyonya Agnes.

"Nyonya, kau yakin cukup jantungnya saja?" tanya Gloria.

Ia mencapit sebuah organ seukuran genggaman tangan orang dewasa yang berlumuran darah dan berwarna merah gelap kecoklatan.

"Plop!" Gloria menjatuhkan bagian tubuh itu pada sebuah mangkuk kaca.

Nyonya Agnes mengangguk dan mengambil mangkuk kaca berisi jantung dari potongan tubuh Mayyang yang diberikan Gloria. Ia memejamkan mata lalu merapal beberapa mantra.

Kuduk Gloria meremang, kembali ia merasakan sebuah gelombang kengerian yang luar biasa. Gloria hanya bisa berdoa dalam hati untuk menenangkan dirinya sendiri.

Sebuah tiupan kecil angin dingin bergerak di sekeliling mereka. Sesekali menyentuh kulit Gloria yang membuatnya bergidik ngeri dan menggigil kedinginan. Seperti pusara, terus berputar dan mengelilingi mereka beberapa saat.

Tak lama kemudian, seluruh ruangan tempat mereka berada bergetar. Awalnya perlahan, lalu lama-lama menjadi semakin kuat goncangannya. Gempa?

Gloria menatap Nyonya Agnes yang nampak kelelahan namun tak putus merapal mantra. Tangannya yang memegang mangkuk berisi jantung Mayyang bergetar hebat.

Takut mangkuk berisi jantung itu jatuh dan terburai, Gloria membantu memegangi mangkuk di tangan Nyonya Agnes.

Panas!

Gloria menarik tangannya cepat, meniupnya. Lalu kembali menyentuh mangkuk itu kali ini dengan hati yang lebih mantap. Masih terasa panas, tetapi Gloria tak lagi melepaskan genggamannya pada benda itu.

"Ayo kita musnahkan," ujar Nyonya Agnes setelah membuka matanya.

"Anda yakin tak apa, Nyonya?" tanya Gloria.

Ruangan tempat mereka berada masih bergetar hebat. Seolah sedang terjadi gempa.

"Kau ada ide bagaimana memusnahkannya?" tanya Nyonya Agnes sambil menganggukkan kepala. "Kita tak mungkin membawanya pergi. Mereka tak akan membiarkan kita selamat, jika tahu kita membawa jantungnya. Organ ini harus segera dimusnahkan," jelas Nyonya Agnes dengan raut muka sangat serius.

Gloria terdiam, nampak sedang berpikir. Lalu dengan sigap tangannya meraih mangkuk kaca berisi jantung dari Mayyang dan memasukkannya pada oven besar di sudut ruangan. Mensetting suhunya hingga maksimal lalu menyalakannya dan membiarkan perlahan organ itu terpanggang di dalamnya.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang