Kembali

6.9K 664 10
                                    

Gloria menapakkan kakinya sekali lagi di kota ini. Meski ketika pulang kemarin ia merasa tak ingin kembali dan akan mengakhiri saja pekerjaannya sebagai dokter ahli forensik. Tetapi nalurinya berkata ia harus kembali dan menyelesaikan semuanya. Ia tak ingin menjadi pengecut yang membiarkan teman-temannya berjuang sendirian menyelesaikan kasus ini.

"Sesuai aplikasi, Bu?" Supir taksi online pesanannya bertanya sekedar formalitas.

"Iya, Pak. Sesegera mungkin ya, Pak," pinta Gloria. Perasaannya mendadak tidak enak. Gloria tahu, adalah sebuah kengerian tak berujung ketika ia kembali memutuskan untuk terlibat dalam kasus ini.

"Kau dimana?" Gloria mengetik chat singkat pada Alfa.

Lama, tak ada balasan chat dari Alfa.

"Vin, kau bersama Al?" Gloria ganti mengirim chat pada Vin.

Sama, lama Gloria menanti. Tetap tak ada jawaban.

"Pak, bisa agak cepat menyetirnya? Sepertinya saya harus sangat buru-buru," pintanya sedikit memaksa. Nalurinya berkata ada yang tidak beres.

"Saya usahakan secepatnya, Bu." Beruntung sopir taksi online itu cukup sigap mengemudikan kendaraannya. Meski ditengah kemacetan, mobilnya bisa cekatan menesup diantara kendaraan lainnya.

"Uhuk ... uhuk ... uhuk!" Batuk beruntun yang menyakitkan kembali menyerang Gloria.

"Ibu baik-baik saja? Tidak mau saya antar ke apotek dulu untuk membeli obat batuk, Bu?" tanya sopir itu sopan.

"Tidak, Pak. Uhuk ... uhuk ... uhuk ...! Saya tidak apa-apa!" ujar Gloria. Meski batuknya semakin menyerang, Gloria berusaha bertahan.

"Ini air doa, bawalah bersamamu. Mungkin akan bisa menetralisir hawa negatifnya. Berhati-hatilah, ini bukan sesuatu yang bisa dilawan hanya dengan kekuatan logika berpikir semata. Yakinlah hanya Tuhan memiliki kekuatan tak terbatas. Tuhan berkuasa atas segalanya." Begitu pesan Opungnya sebelum meninggalkan Gloria di airport beberapa jam yang lalu.

Gloria segera membuka tasnya. Menemukan sebotol air mineral yang telah didoakan pemberian opungnya.

"Glek ... glek ... glek!" Gloria bergegas menenggaknya.

"Uhuk ... uhuk ... ehem! Uhuk ... uhuk ...!" Gloria masih terbatuk-batuk meski tidak sesakit tadi.

"Bu, ibu yakin tidak apa-apa?" Sopir taksi online itu nampak cemas melihat Gloria tidak berhenti terbatuk-batuk.

"Uhuek! Krk! Hoek! Cuih!" Gloria berusaha mengeluarkan dahak yang mengganjal di tenggorokannya pada sebuah tisu.

"Ehem, saya tidak apa-apa, Pak. Lanjut saja jalan dan segera tiba di lokasi," jawab Gloria berusaha setenang mungkin.

"Yah, baiklah kalau begitu," kata Sopir itu. Ia melirik spionnya beberapa kali untuk memastikan Gloria baik-baik saja.

Gloria sempat tersenyum tipis membalas lirikan sang sopir. Lalu menunduk, membuka tisu bekas dahaknya dan memperhatikan apa yang ada di sana.

Darah! Sebercak darah berwarna merah pekat dengan lendir kental berwarna hitam.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang