Titik Temu

5.4K 520 4
                                    

Tubuh Gloria terasa lunglai, lemah tak berdaya. Basah keringatnya membuat selimut dan sepreinya terasa lembab dan lepek. Terdapat luka lebam di pergelangan tangan dan kakinya.

Gloria kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Memastikan semuanya sungguh baik-baik saja.

"MATI!" sebuah goresan di jendela kamar flatnya membuat mata Gloria membelalak.

"Tok! Tok! Tok!"

"Glow! Kau di dalam? Apakah Kau baik-baik saja?" suara Vin terdengar dari pintu luar kamar flat Gloria.

"Vin!" Gloria menjawab dengan suara seram tercekat.

Terhuyung ia kemudian menuju pintu dan membukakannya untuk Vin.

"Are you okay, Glow?" tanya Vin cemas.

"I'm not okay, Vin," jawab Gloria terhuyung. Hampir ia menubruk tubuh Vin yang berdiri di depan pintu.

Vin menahan tubuh Gloria, lalu memapahnya masuk, menutup pintu dan mendudukkannya di kursi.

"Kau di serang?" tanya Vin.

"Semacam sleep paralyzed, tetapi jauh lebih berat," jawab Gloria masih lemas.

"Air doamu sudah habis?" tanya Vin.

"Masih, tolong ambilkan di tasku," pinta Gloria pada sahabatnya itu.

Vin dengan sigap mengambilkan apa yang Gloria pinta.

Gloria meminum air dari botol lalu merasa tubuhnya seperti terbakar.

"Sshhh," desis Gloria. Ia melihat bekas lebam di tubuhnya seperti melepuh dan terbakar.

"Glow!" pekik Vin menyernyitkan dahinya ngeri.

"Aaaarrrggghhhh!" Gloria mengeram tertahan. Sungguh lukanya semakin panas dan sangat menyiksa.

"Glow, kita perlu kembali ke Ibu Wijaya." Vin nampak panik dan ketakutan.

"Ambilkan ponselku," pinta Gloria. Ia menunjuk gawainya yang tergeletak di nakas. Kemudian menghubungi sebuah nomer dari gawainya.

"Tuttt ... tuuuttt .... tuutuut!" terdengar nada sambung tetapi tidak dijawab.

"Vin, dimana Alfa?" tanya Gloria panik.

"Aku tak tahu, dari tadi aku sudah menelponnya dan tak diangkat," jawab Vin. Air mukanya sangat ketakutan.

"Alfa dalam bahaya Vin! Kita harus segera menolongnya," kata Gloria membuat keadaan semakin panik.

"Glow, bantu aku!" Vin meminta Gloria menggenggam tangannya.

"Kau tak apa? Kau masih lemah dan baru saja sadar," Gloria ragu menerima genggaman tangan Vin.

"Makanya aku butuh bantuanmu, Glow. Aku butuh energi tambahan untuk mencari dimana Alfa berada," jelas Vin.

Gloria mengangguk paham, menyambut tangan Vin dengan yakin, lalu kemudian bersama Vin memejamkan mata dam berdoa.

***

Jiwa Vin dan Gloria seolah melayang, terbawa dalam sebuah pusara dimensi waktu. Berputar-putar dan mengambang tanpa arah untuk sesaat, sebelum kemudian terbawa pada sebuah lokasi.

Terlihat seseorang di sana. Berpakaian serba hitam dengan rambut sangat panjang hingga menutupi muka. Ia sedang menyalakan dupa dan merapalkan mantra.

Di sekeliling orang itu nampak beberapa kilatan cahaya yang saling bersinggungan, menyilaukan mata. Membuatnya terkungkung dalam sebuah pusaran yang penuh dengan kilatan cahaya.

"Hancurkan dupanya!"

Sebuah bisikan lembut kembali terdengar di telinga Gloria. Membuatnya reflek berlari penuh keyakinan dan menendang dupa yang sedang menyala itu hingga jatuh dan terserak.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang