Opung

6.1K 574 2
                                    

Gloria melangkah memasuki bangunan flatnya. Di belakangnya deru mobil Vin yang dikemudikan Alfa terdengar semakin menjauh. Ia tersenyum tipis, menenangkan hatinya. Meski masih banyak misteri kematian Mayyang yang belum bisa terpecahkan, tapi setidaknya untuk sesaat ia bisa bernafas lega.

"Selamat pagi," sapa seorang penghuni lantai dua.

"Hai, Nyonya Agnes. Apa kabar?" Gloria menyempatkan diri bersalaman dengannya.

"Baik, Glow. Sepertinya beberapa hari ini kau tidak terlihat, sedang sibuk?" tanya Nyonya Agnes.

"Iya, saya pulang kampung beberapa hari lalu," jawabnya. "Saya naik dulu, permisi."

"Ya, silahkan Glow. Eh, sebentar ... Glow, ada baiknya kamu meletakkan irisan bawang merah di beberapa sudut rumahmu," ujar Nyonya Agnes. "Bawang merah bagus untuk menetralisir ruangan dan memperbaiki kualitas udara," lanjutnya.

Gloria yang sempat terhenyak dan dihinggapi perasaan aneh hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi saran Nyonya Agnes.

"Mungkin Nyonya Agnes tahu beberapa hari ini aku kurang sehat," batinnya sambil melangkah menaiki tangga.

Flatnya tidak memiliki fasilitas lift. Bangunan yang hanya tiga lantai membuat pihak pengelola mungkin malas untuk memberikan fasilitas tersebut.

"Bip ... pippp!" suara panggilan masuk ke gawainya membuat Gloria hampir terantuk anak tangga.

"Hallo, selamat pagi, Opung!"

"Kau baik-baik saja, Glow?" Opungnya nampak cemas.

"Ya, Opung. Aku baik-baik saja, terima kasih air doanya," jawab Gloria mengecilkan suaranya saat melihat seorang remaja yang hendak berangkat sekolah.

"Sampaikan terima kasihku pada Ibu Wijaya," ujar Opungnya di ujing sana.

"Klek!" Gloria membuka kunci pintu flatnya.

"Sebentar, aku masuk flat dulu," agak kerepotan Gloria menelepon sambil menjinjing barang bawaannya dan membuka pintu. "Ehem, jadi betul kata Ibu Wijaya? Opung membantu kami semalam?" tanya Gloria antusias.

"Menurutmu? Apakah Opung akan tega melepas dan membiarkanmu menyelesaikan masalah ini sendiri tanpa bantuan?" desis Opungnya sedikit emosi. Nada khawatir terhadap cucu semata wayangnya, jelas terdengar.

"Terima kasih Opung, tanpa bantuanmu aku tak akan seberani ini," kata Gloria sambil menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Jangan lengah, Glow. Tetap dekatkan diri pada Tuhan dan lakukan apa yang Opung sampaikan padamu kemarin. Kau harus memperkuat pagar pertahananmu. Mereka yang bersebrangan dengan kalian bukan lagi manusia. Kau dan kawan-kawanmu sedang berhadapan dengan jiwa-jiwa yang tergadai pada iblis!" Opungnya memberikan penekanan sangat berat pada setiap kalimatnya.

"Baik, Opung. Aku mengerti, kejadian ini membuatku semakin yakin bahwa Tuhan adalah sebuah sebuah entitas yang takkan tertandingi. Tetapi bagaimana mereka bisa tersesat begitu dalam?" Gloria masih penasaran.

"Iblis akan selalu menebarkan tipu dayanya. Ia akan selalu mengintai untuk menyusup pada manusia-manusia yang lemah iman," ujar Opungnya sebelum mengakhiri panggilan telepon dengan Gloria.

Gloria meletakkan gawainya di nakas, lalu memejamkan matanya. Membiarkan tubuh dan pikirannya beristirahat sejenak.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang