Genting

6.6K 631 35
                                    

Gloria, Alfa dan Vin bergegas menuju ruang penyimpanan mayat. Suara sepatu mereka yang beradu dengan ubin lantai terdengar menggema di sepanjang lorong.

"Jeduar! Jeduar! Bum!" Suara dentuman dari pintu ruang data masih terdengar. Makhluk buas itu sepertinya masih agresif dan memaksa untuk keluar.

"Cepat! Cari mayatnya lalu kita bakar!" Alfa memerintah kedua sahabatnya untuk bergegas, ketika mereka tiba di ruang autopsi dan penyimpanan mayat.

"Aku sudah mencarinya di semua laci mayat tapi tak ada," kata Vin.

"Aku meletakkannya di laci nomer 6. Masih terbungkus kantung jenazah tapi sudah aku siram formalin agar tidak cepat membusuk," jelas Gloria. Tangannya dengan cekatan membuka laci mayat nomer 6. Kosong!

"Kemana? Siapa yang memindahkan mayatnya? Bagaimana dan untuk apa?" Alfa nampak sudah sangat kesal dan kehilangan akal sehatnya.

Vin dan Gloria saling bertukar pandang lalu sama-sama bergidik ngeri.

"Vin, kau tidak mendapat pandangan apa-apa?" tanya Alfa.

Vin menggeleng lemah setelah menyentuh beberapa tempat sambil memejamkan mata. "Ada sesuatu yang jahat sedang mengelabuhi kita disini. Energi itu terlampau kuat sehingga mengaburkan jejaknya," jelas Vin.

"Klang! Klang! Klang!" Alfa membuka setiap laci penyimpanan mayat dengan tak sabar sekali lagi, sehingga menimbulkan suara berisik dari besi yang bergesekan.

"Yakinlah hanya Tuhan memiliki kekuatan tak terbatas. Tuhan berkuasa atas segalanya." Gloria tiba-tiba teringat pesan opungnya sebelum perpisahan di bandara kemarin.

"Al, Vin, mungkin kita memang berbeda keyakinan. Tapi mari kita berdoa dengan kepercayaan kita masing-masing agar Tuhan menolong kita." Gloria menggenggam tangan kedua sahabatnya.

"Aku atheis, Glow!" Alfa menolak.

"Maka mulai sekarang, Kau harus percaya bahwa Tuhan dan segala hal yang bagimu tak nyata pun tak masuk akal itu ada!" Gloria menjawab tajam.

Alfa menatap Gloria tajam. Logikanya ingin mendebat sahabatnya itu dengan sangat keras. Tapi jauh di sudut hatinya yang beku, Alfa percaya apa yang dikatakan Gloria benar. "Baiklah ... terserah saja, Glow." Alfa menyerah pasrah.

Mereka bertiga membuat lingkaran, memejamkan mata dan mulai berdoa dengan keyakinannya masing-masing.

"Ugh!" Ditengah doa Vin melenguh tertahan.

"Ssssshhhhh ... ssssshhhh ...!" Entah apa itu, yang jelas mereka bertiga merasakan ada energi dingin yang bergerak mengitari mereka. Seperti ular yang sangat panjang meliuk-liuk membelit mereka bertiga.

"Tetap fokus pada doa kita masing-masing!" Gloria tegas mengingatkan agar jangan ada yang putus berdoa.

"Aaarrrrgggghhhhhh!!! Tidak ... aku mohon, Tuan. Aku mohon jangan bunuh aku!" Sayup-sayup sebuah suara lirih terdengar.

"Ugh!" Lagi-lagi terdengar suara Vin melenguh.

"Sshhhh ... ssshhhh ... mati ... kalian akan mati ... sssssshhhh ...."

"Bruk!" Tubuh Vin ambruk kehilangan kesadaran.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang