Panti Asuhan

5.5K 547 7
                                    

"Panti asuhan di kota J?" lonceng di kepala Alfa seolah berbunyi. Ia menelepon seseorang di kontak gawainya yang telah lama tidak pernah dihubunginya.

"Hallo, selamat siang," suara seorang wanita tua disana tampak sedikit bergetar.

"Ibu Mergie, apa kabar?" sapanya penuh kerinduan.

"Alfa ... ya Tuhan. Baik, Nak ... ibu baik-baik saja," jawabnya bahagia.

"Bu, bagaimana kabar Ivanka?" tanyanya.

"Gadis kecilmu baik-baik saja. Hanya semakin cerewet menanyakan mengapa daddynya tak pernah datang berkunjung," jelas Bu Mergie.

"Ah, aku ayah angkat yang buruk, hahahaha .... Titip Ivanka, Bu Mergie. Sampaikan padanya setelah kasus ini selesai, aku akan pensiun dan mengajaknya tinggal bersama sambil membuka gerai kebab dan minuman soda. Seperti keinginannya dulu," Alfa berkata sambil tersenyum getir. Bayangannya menerawang pada kejadian tujuh tahun lalu ketika ia menitipkan seorang bayi perempuan pada sang ibu kepala panti tempat ia dan Kompol Alex dulu dibesarkan.

"Baiklah, Nak. Ivanka akan senang mendengarnya. Ngomong-ngomong, kau menelepon hanya untuk itu?" tanya Bu Mergie seolah paham bahwa seorang Alfa tidak akan menelepon di tengah jam kerja hanya untuk hal sepele.

"Ehem, baiklah ... Ibu memang paling paham. Begini bu, dua puluh tiga tahun yang lalu. Apakah ibu pernah menerima seorang gadis bernama Mayyang?" tanya Alfa to the point. Alfa tahu, Bu Mergie adalah orang dengan ingatan tajam. Ia akan ingat setiap anak yang diterima di pantinya.

"Mayyang? Sebentar! Sepertinya tahun itu kau berusia tiga belas tahun ya, Nak. Heemm ... tidak, tidak ada yang bernama Mayyang. Lagi pula seandainya memang ada dan tinggal bersama kita. Kau pasti akan mengenalnya," jelas Bu Mergie sambil mengingat-ingat.

"Betul bu, tapi ... tidak bisakah ibu ...."

"Baiklah ibu mengerti! Kau memang anak kesayangan ibu," potong Bu Mergie pengertian. Ia tahu, Alfa butuh dirinya untuk mencarikan informasi perihal gadis yang bernama Mayyang itu.

"Terima kasih sekali bu Mergie. Ibu memang yang terbaik. Saya sangat berterima kasih sekali pada ibu. Peran ibu dalam hidup saya melebihi seorang ibu kandung, " kata Alfa tulus.

"Kau sudah aku anggap seperti anakku sendiri, Nak. Tak apa," kata Bu Mergie.

"Ibu ... bisakah ibu berhati-hati saat mencari informasi mengenai hal ini? Kasus yang sedang saya hadapi sangat berbeda dengan kasus biasanya. Saya dan tim saya hampir meregang nyawa karenanya. Seperti ada sebuah entitas dengan energi negatif yang sangat tinggi sedang menyelimutinya," pinta Alfa.

"Baiklah, ibu akan berhati-hati. Kaupun jaga diri ya. Salam untuk Nak Alex juga," pesan Bu Mergie.

"Tok ... tok!" terdengar suara ketukan pintu.

Tapi siapa? Tidak ada yang tahu tempat ini dan keberadaan Alfa di sini selain dirinya sendiri. Tubuh Alfa menegang.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang