Seth

5K 499 3
                                    

Seorang pria membekap Vin dengan sangat kuat. Hanya bertahan beberapa saat sebelum Vin, entah dengan kekuatan dari mana melemparkannya hingga terpelanting 5 meter dari tempatnya semula. Lalu tiga pria bersamaan maju dan berusaha mengunci Vin.

"Grawwww, kkrrrr!"

Lagi-lagi Vin membantingnya dalam sekali hentakan.

Diantara kesadarannya meski tak bisa menguasai diri sepenuhnya, Vin memandang sekeliling dan melihat hanya tinggal ia dan pria-pria berbaju hitam itu yang tersisa.

"Aku harus kabur! Menyelamatkan diri!" pekiknya dalam hati.

Tapi tak semudah itu! Gelombang kekuatan yang luar biasa menguasainya. Entah makhluk apa yang merasukinya. Hanya saja, Vin merasa ini berbeda dari biasanya.

"Kurung dia dengan ini!" perintah seorang laki-laki yang mungkin adalah pemimpinnya. Laki-laki yang sesaat lalu meminta wanita itu dan Alfa pergi.

Ia membawa sebuah rantai dari besi yang sepertinya sepanjang rantainya telah dilumuri ramuan entah apa.

"Panas!" sebuah suara memerintah Vin menjauh dari benda itu.

Vin tahu, ia harus pergi. Ia harus menghindar dan meninggalkan tempat ini jika ingin selamat.

"Menyebar! Jangan biarkan dia lolos!" perintah pria itu pada anak buahnya.

Vin menyadari ia dalam bahaya. Sangat bahaya karena ia hanya memiliki sedikit kontrol dirinya, sementara sebagian besar tubuhnya sedang dikuasai makhluk itu.

"Jika kau ingin menguasaiku, setidaknya selamatkan aku dari sini sekarang!" pinta Vin pada makhluk itu.

Makhluk itu, yang menguasai dirinya dibalik kegelapan, nampak tersenyum smirk diantara moncongnya yang penuh taring. Ia mengunci jiwa Vin dengan lengan kurusnya yang berkuku panjang. Membuat Vin semakin tak bisa berkutik.

"Grawwww!!!! Krrkkkk! Kkkkrrrrkkkk!"

Tiba-tiba saja makhluk itu membawa tubuh Vin berlari kencang dan menerjang semua lelaki berjas hitam itu. Melewatinya dan melompat ke luar jendela.

"Bugh! Prangggg!"

"Hei ini lantai tujuh dari sebuah gedung apartemen!" pekik jiwa Vin kesal ketika tubuhnya dengan bebas meluncur turun, terjun bebas dari ketinggian yang lumayan.

Entah bagaimana rasanya nanti ketika menghantam lantai aspal di bawah sana. Mungkin beberapa tulangnya akan patah disertai luka-luka yang cukup parah.

***

Vin terbangun di kediaman Ibu Wijaya. Ia melihat tubuhnya penuh luka dan memar. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, mulai tangan, lengan, kaki, kepala hingga pinggang dan pinggulnya.

"Hei, aku baik-baik saja," bisiknya sambil berusaha memperbaiki posisi tidurnya agar menjadi setengah duduk.

"Vin! Kau sudah sadar!" pekik Alfa.

"Alfa, Ibu Wijaya ...."

"Syukurlah kau baik-baik saja, Nak. Ini, minumlah," bisik Ibu Wijaya sambil memberikan segelas air hangat berwarna coklat dengan aroma rempah yang menyengat.

"Slurp!" Vin meminumnya perlahan.

"Uhuek! Uhuk! Hoek!" baru mencapai ujung tenggorokannya minuman itu tertolak oleh tubuhnya.

"Dia menyukaimu," bisik Ibu Wijaya dengan wajah penuh ketakutan.

"Dia?" Vin dan Alfa bertanya bersamaan.

"Seth! Dia menyukaimu," bisik Ibu Wijaya dengan raut muka yang sulit terdefinisi.

MayyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang