Malam sudah semakin larut. Alfa terpekur kelelahan di samping tubuh Vin. Meski sesekali memejamkan mata mengusir lelah dan kantuk, tetapi pikirannya tak pernah tenang. Ia melirik Gloria dan Ibu Wijaya yang terpaku dalam kondisi duduk berhadapan, saling menggengam tangan.
"Argh!!!! Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini!" batinnya lelah bercampur kesal.
File itu! Ya, Alfa teringat file yang baru saja diunduhnya dari komputer Gloria. Dibukanya formasi kunci di gawainya.
"Hai, Al! Seandainya kamu melihat file ini, mungkin aku sedang tidak berada di sampingmu. Mayat ini luar biasa Al. Tubuhnya terkoyak dan terpotong menjadi beberapa bagian tetapi organ dalamnya tak ada yang rusak."
Alfa memperhatikan dengan saksama video hasil autopsi yang dibuat Gloria. Sangat sabar dan teliti Alfa memperhatikan video berdurasi 30 menit itu.
Selanjutnya Alfa membuka file lainnya yang terdapat dalam folder 1909. Terdapat beberapa anasisis Gloria tentang kematian korban secara lengkap di dalamnya. Satu yang menarik adalah bahwa tulisan darah pada batu di pesan kematian tersebut bukan darah yang sama dari tubuh Mayyang. Seolah batu bertuliskan darah tersebut sengaja disiapkan sebelum membuang mayat tersebut.
"Ada yang meletakkan batunya di sana. Tetapi siapa? Dan Mengapa? Apa motif di baliknya? Lalu bagaimana mereka bisa membuang mayat itu di sebuah gedung tua?" Alfa berpikir keras. Ia seolah tak ingin terlalu dalam berlarut-larut dalam situasi magis yang berbahaya ini.
***
"Ugh!" Tubuh Vin mengeluarkan suara.
"Vin!" Alfa segera bereaksi mendekati tubuh Vin.
"Ssshhh! Uhuek! Uhuk! Uhuk-uhuk! Huek!" Tak berselang lama Gloria yang tubuhnya mematung bersama Ibu Wijaya nampak tersadar sambil terbatuk-batuk.
"Glow!" Alfa berbalik mendekati Gloria.
"Syukurlah, kita kembali dengan selamat," Ibu Wijaya tersenyum sambil mengerjapkan matanya.
"Air ... ku mana, Al?" Gloria meminta Alfa mengambilkan air doa yang masih tersimpan beberapa botol di dalam tasnya.
Alfa dengan sigap mengangsurkan tas Gloria yang terletak tak jauh darinya.
"Glek! Glek! Glek! Ah ... syukurlah," ujar Gloria lega. Setelah mampu menguasai dirinya dengan sempurna Gloria segera mendekati tubuh Vin.
"Ngh ... Glow ... Al," lirih Vin bersuara. Matanya masih menyipit menyesuaikan dengan cahaya ruangan yang cukup terang.
"Syukurlah, kau sudah sadar, Vin," Alfa begitu lega. "Kau juga, Glow." Alfa menggenggam tangan Vin yang masih terlentang dan memeluk pundak Gloria.
"Kalian akan baik-baik saja," Ibu Wijaya tersenyum.
"Ugh! Ssshhh ...," Vin berusaha untuk duduk.
"Tidurlah saja, Nak. Energimu belum pulih benar. Malam ini, menginaplah disini. Ibu ingin banyak berbincang denganmu nanti, setelah kau benar-benar pulih," kata Ibu Wijaya. Ia membantu membetulkan posisi Vin agar tidurnya lebih nyaman.
"Kami ... bisakah pulang dahulu?" tanya Gloria.
"Pulang?" Alfa nampak bingung.
"Ya, Al. Aku belum mandi dari sejak kemarin tiba di kota ini. Tubuhku sangat lengket dan aku ingin pulang untuk mandi sebentar," jelas Gloria.
"Pulanglah, biar saya yang menjaganya disini," Ibu Wijaya membolehkan.
"Kau akan baik-baik saja, Vin?" tanya Alfa masih khawatir.
Vin hanya tersenyum dan mengangguk lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayyang
Mystery / ThrillerSebuah kasus pembunuhan penuh misteri, intrik dan diwarnai nuansa ilmu hitam yang kental. Detektif Alfa bersama Vin, rekannya yang indigo, berusaha menguak sebuah misteri penemuan mayat yang terburai dan terkoyak beberapa bagian di sebuah gedung tua...