Juan Park

5.2K 485 50
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Hidup yang ia jalani terlalu monoton. Penuh kekangan seolah tak ada celah untuknya mengapai langit dan membaur dengan kehidupan manusia di luar sana. Itu karna ia memiliki seorang ibu yang sangat protektif. Sangat menjaganya seolah jika ada yang menyentuh dirinya di luar sana, sang anak bisa saja hancur lebur dan menghilang tak akan kembali.

Juan Park. Bocah yang sebenarnya sudah sangat dewasa, dan berhak mendapat hak untuk menjalin suatu ikatan dengan manusia selain ibunya, di usia yang sudah menginjak delapan belas masih saja berputar pada kesendirian di dalam hidup.

Tidak, bukan dari dulu ia terkurung dalam lingkup hidupnya sendiri seperti saat ini. Sebenarnya, ia adalah anak yang sangat ceria saat masih menginjak bangku sekolah kala itu, sampai ia memasuki tahun ke-16 dari perjalan hidupnya, tepat saat sang ibu menemukan tubuhnya terkulai di dalam kamar dengan rintihan tak berujung.

Osteosarcoma. Hal itu yang membuat hidup sang buah hati seolah kehilangan cahaya. Sebagai seorang onkolog medis, tak pernah terbayang sama sekali baginya bahwa sang anak akan menjadi salah satu pasien yang harus ia pertahankan.

Wanita itu tahu betul hal terberat dalam hidup Juan adalah masa saat semua kawan yang awalnya masih menemani, perlahan mulai pergi meninggalkan dirinya sendiri. Anaknya hancur saat mendapati tak lagi ada penopang hidup selain sang ibu. Dan saat itu juga, ia mulai memblokir segala akses tentang dunia luar pada Juan.

Menurut wanita itu, anaknya adalah permata rapuh, satu-satunya harta paling bernilai yang ia miliki. Itulah sebab mengapa ia amat menjaga sang buah hati di samping tugasnya sebagai seorang onkolog medis untuk putranya sendiri.

Tapi tanpa ia sadari, hal itu juga tidak baik untuk psikologis sang anak. Tidak ada orang yang ingin dikekang, terkadang Juan pun sangat ingin pergi keluar, mengirup udara segar dan merasakan lagi yang namanya ikatan pertemanan dengan seseorang.

Terlebih saat ia mendapat informasi dari onkolog bedahnya jika akan ada penyuluhan hari ini di mana banyak orang yang bernasib sama dengan dirinya saling berkumpul dan memberi motivasi satu sama lain. Tidak mungkin ia tidak tertarik. Tapi bukan hal mudah membujuk sang ibu untuk melepasnya begitu saja.

"Ma, izinkan aku ikut penyuluhan sore nanti," bujuk Juan dengan nada memelas.

Tapi bukan meluluh, sang ibu justru menggeleng, tanda tak menyetujui. "Bukankah sudah kukatakan tidak, Sayang?"

"Tapi Ma, acara ini mungkin akan sangat bermanfaat untukku."

"Yang bermanfaat untukmu itu ikut Mama ke rumah sakit hari ini," sahut sang ibu tak mau kalah.

Juan mendengus samar. Ia sudah benar-benar bingung harus bagaimana lagi membujuk ibunya. Tapi, tentu saja bukan Juan Park namanya, jika mengalah dengan begitu mudah.

"Ma, aku juga ingin bebas seperti dulu. Aku tidak akan jatuh seperti yang sudah lalu. Berapa lama Mama menangani pasien-pasien Mama? seharusnya Mama mengerti, bukan ini yang kami butuhkan. Bukan kekangan, tapi waktu untuk menjalani hidup dengan baik," lirih anak ini menatap dalam manik mata sang ibu.

"Juan ingin memiliki waktu itu lagi Ma, aku juga ingin melihat dunia luar dan menghabiskan waktu seperti remaja pada umumnya," lanjutnya mengungkapkan isi hati.

Terlihat letih dari raut wajah sang ibu kemudian. "Juan, ini berbeda, kenapa kau tidak bisa paham juga, kita sudah pernah membahasnya."

"Apa yang berbeda? Mama hanya takut aku menghilang. Juan sudah pernah berjanji pada Mama tidak akan meninggalkan Mama seperti yang Ayah. Apa itu sulit untuk Mama pahami? apa Mama tidak cukup mempercayaiku?" tuntut sang anak dengan pandangan kecewa.

Hal tersulit untuk si cantik sahuti, karena apa yang Juan ucapkan benar-benar menuju tepat pada relung hati. Ya, dia takut. Dia benar-benar takut harta berharga miliknya yang tersisa hilang melebur dari pandangan mata. Tapi, itu bukan berarti ia tidak mempercayai Juan.

Hingga pada akhirnya, tak ada lagi pilihan lain. Maka dengan berberat hati wanita paruh baya tersebut berucap pasrah, "baiklah. Hanya untuk hari ini. Setelah itu, jika berdampak buruk bagimu, Mama benar-benar tak akan pernah mengijinkanmu bertindak seenaknya lagi. Mengerti?"

Dan saat itu juga kedua bola mata Juan membulat terkejut. Perlahan, senyuman bahagia terlukis indah pada bibir ranumnya, membuat sang ibu terpaku untuk sepersekian detik karna senyuman itu, senyuman yang hampir tak pernah Juan tunjukan lagi beberapa tahun belakangan ini.

"Ma, terimakasih."

-
-
-

"Aku ingin menjadi burung, dapat melihat dunia dengan bebas dari atas langit tanpa takut terjatuh. Tapi selalu ada tangan yang meraihku untuk singgah di tempat semula. Tempat membosankan yang menyita habis waktu remajaku."

-
-
-

Juan Park_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan Park
_

_____________________________________

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang