14. Problem

1.7K 321 98
                                    

Victor merasa jantungnya berhenti berdetak untuk sepersekian detik kala Namjoon menyalakan televisi yang menunjukkan berita terhangat hari ini di mana markas askar angkatan darat korea yang berpusat pada Khost Afghanistan diledakan dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Victor merasa jantungnya berhenti berdetak untuk sepersekian detik kala Namjoon menyalakan televisi yang menunjukkan berita terhangat hari ini di mana markas askar angkatan darat korea yang berpusat pada Khost Afghanistan diledakan dini hari. Seketika, baik Namjoon maupun sang adik terdiam mematung menyaksikan gambaran suatu bangunan yang sudah hancur lebur tak bersisa.

Ini bukan berita yang bagus. Ayah mereka berada di sana saat ini. Tidak bohong jika yang ada pada pikiran mereka berdua sama, tak mungkin ada yang selamat.

"K-kak," lirih Victor dengan getaran yang amat terdengar seakan siap untuk terisak kapan saja.

Namjoon menggeleng mantap. Ia mengusap pelan surai hitam sang adik lantas menarik Victor ke dalam rengkuhan hangat. "Aku akan menelpon mommy. Jika memang terjadi sesuatu, pasti mom sudah dihubungi. Tenang ya?"

Kendati intonasi suara yang lebih tua terdengar begitu tegar, namun jauh di dalam sana, tidak bohong jika Namjoon panik setengah mati. Ini bersangkutan dengan keadaan ayah mereka, dan ia tidak bisa berdiam diri melihat apa yang terjadi.

Maka, dengan cepat Namjoon menghubungi ponsel sang ibu. Beberapa kali panggilan darinya tak kunjung dijawab membuat jantung Namjoon semakin berdetak tak karuan. Sampai tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh suara ketukan pintu, lantas terlihat seorang pria gagah dengan seragam lengkap masuk ke dalam ruangan memecah tangis sang adik.

"P-paman Habeom?" ucap Namjoon terbata.

Salah satu sahabat baik ayah mereka datang sendiri menginjakan kaki di tempat ini. Tidak mungkin jika tak ada sesuatu yang terjadi. Bahkan, kini sang adik sudah menangis hebat di dalam pelukan. Sepertinya, bukan berita baik yang akan mereka dengar.

"Kau sudah mendengar beritanya?" tanya Habeom dengan nada teramat lirih.

Namjoon meremat bahu adiknya dengan bola mata yang mulai berkaca-kaca, "t-tolong katakan jika Papa baik-baik saja."

Pria berbadan tegap tersebut hanya bisa menunduk pasrah. Ia melepas topi askar yang sebelumnya di kenakan lantas berucap pilu, "maaf. Maafkan aku, Nak. Jeslyn ada di markas pusat saat ini, ada surat dari Kyunghee untuk kalian."

Detik itu juga Namjoon mematung seolah alat geraknya tak lagi dapat berfungsi dengan baik. Dengingan panjang terdengar memenuhi gendang telinga, ia tak dapat mendengar apapun lagi setelah suara isak tangis putus asa dari Victor terasa memenuhi seisi ruangan.

Hari ini, tepat pada detik ini Namjoon sudah benar-benar akan menjadi penopang keluarganya. Ia akan menjadi tulang punggung untuk sang ibu, juga adik satu-satunya. Hari ini, janji Papa untuk pulang, mungkin benar-benar telah terwujud. Karna Kyunghee telah berpulang dengan damai, dan mereka tak akan dapat merasakan lagi kenangan yang dulu pernah dijalani dengan sosok ayah yang begitu tangguh.

'Papa, aku belum cukup siap.'

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang