08. Twice

2.4K 394 70
                                    

"Dokter Zack, jangan terlalu memaksakan dirimu," ucap salah seorang rekan seraya menepuk bahu Zack dan berlalu pergi meninggalkan ruangan yang didominasi aroma antiseptik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dokter Zack, jangan terlalu memaksakan dirimu," ucap salah seorang rekan seraya menepuk bahu Zack dan berlalu pergi meninggalkan ruangan yang didominasi aroma antiseptik ini.

Perlahan, satu persatu orang yang berada di dalam ruangan beranjak keluar mengikuti. Tersisa Zack dan seorang onkolog medis wanita yang tengah menatap pasien mereka dengan pandangan sendu.

"Aku bisa gila rasanya," ucap Zack sembari menarik napas dalam.

Dokter wanita di hadapan hanya bisa memandang prihatin. Mereka semua baru saja mengambil kesimpulan tentang kondisi Victor. Tentu saja yang Zack dengar bukan hal baik, sampai-sampai isi kepala pria itu seakan ingin melebur memikirkan bagaimana yang akan terjadi apabila ia pergi meninggalkan anak ini dalam kondisi yang bisa dikatakan kembali seperti dua tahun yang lalu.

"Seingatku dulu sudah pernah menjalani treatment yang sama kan? semua akan baik-baik saja jika dia bisa melakukannya seperti yang pernah kalian lalui," tutur Minhwa mencoba memberi ketenangan.

Namun hal itu justru membuat langkah Zack terasa semakin berat. Ia mengela napas dalam, "tapi aku tidak bisa memantaunya."

"Kau bisa mempercayaiku, Dokter. Aku akan melakukan yang terbaik," sahut si cantik seraya menatap penuh keyakinan.

Tidak. Akan terasa berbeda jika bukan ia yang berjalan bersama Victor di saat seperti ini. Sulit memberi rasa percaya pada orang lain kendati ia tahu, Minhwa bukan onkolog medis berkemampuan rendah yang baru saja menangani satu pasien. Ia tahu betul, wanita itu sudah berhasil menyelamatkan banyak nyawa yang bergantung pada dirinya. Tapi, tetap saja ada rasa yang berbeda.

"A-aku tidak tahu. Bisa tinggalkan aku berdua di sini bersamanya?" pinta Zack dengan pelan. Ia sedang kacau saat ini, tidak akan menemukan titik terbaik apabila pembicaraan mereka semakin dilanjutkan.

Lantas, Minhwa hanya bisa mengangguk sebagai tanggapan. Wanita yang sudah cukup berumur tersebut beranjak keluar dari ruangan, menyisakan Zack dan Victor berdua. Yah, hanya mereka berdua yang terkurung dalam dingin suasana.

"Hei, Bocah. Bagaimana bisa seperti ini?" tanya yang lebih tua seraya menyibak surai Victor yang mulai memanjang hampir menutupi mata.

Tentu saja tidak ada jawaban yang didapat. Lantas Zack tersenyum sendu. "Aku sudah akan pergi, dan kau malah membuatku hampir gila seperti ini,"

Suara mesin medis yang saling bersahutan di tempat ini seolah membuat kepala si tampan terasa semakin pening. Ini pertama kali Zack benar-benar membenci rumah sakit. Tepat saat dokter muda itu mulai menyadari, jika ia benar-benar tidak berguna. Bahkan di saat pasien yang selama ini ditanganinya kembali pada kondisi terendah, Zack tidak bisa berbuat banyak. Ikatan kerja sialan, rekrutmen yang seharusnya tidak terjadi. Ia benar-benar ingin merutuk pada kepala rumah sakit, tapi ketidakberdayaan menguasai.

Maka, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi. Dengan penuh rasa sesal, Zack berucap lirih, "maafkan aku. Kau harus bisa melewati semua ini, seperti dulu."

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang