Hari setelah itu, Victor menjadi sangat berbeda. Namjoon bilang, dia mengalami depresi ringan. Tentu saja, bukan hal mudah untuk kehilangan seseorang yang teramat berarti dalam hidup. Bahkan Juan juga pernah mengalaminya dulu. Jadi, remaja tampan ini hanya bisa menghela maklum. Mungkin, untuk esok dan seterusnya bukanlah hari yang mudah ia jalani bersama sang teman.
"Hari ini tidak ingin bermain dengan anak-anak di taman utara?" tanya Juan dengan raut wajah ceria.
Ia memandang sendu Victor yang duduk menatap penuh kehampaan. Tidak ada jawaban yang disuguhkan karena Juan sendiri tidak yakin apa sang teman mendengar kalimat yang baru saja ia tanyakan atau malah tidak.
"Victor, aku akan mengambar untukmu di taman. Sungguh, tidak ingin lihat?" Tak ada kata menyerah untuk dirinya. Juan tetap berusaha membuka komunikasi dengan remaja di hadapan.
Ia mengoyangkang kecil bahu Victor hingga anak itu sejenak merasa terusik. "Juan, aku lelah. Bisa pergi?"
Hanya kekecewaan yang dapat remaja tampan ini telan kemudian. Victor merebahkan tubuh membelakangi keberadaan Juan seolah tak ingin diganggu. Sedang di lain sisi, sang teman akhirnya menghela napas dalam. Mungkin, memang harus dilakukan secara perlahan dan tidak memaksa.
Maka, saat Victor memintanya pergi, Juan mulai beranjak menjauh. Menutup pintu ruang rawat dengan penuh kesedihan di dalam hati. Si tampan tak lantas memilih beranjak kembali ke kamar rawatnya sendiri, melainkan duduk merenung menatap langit mendung di atas sana.
"Juan! bagaimana?" Tiba-tiba saja terdengar suara mengintrupsi.
Saat Juan menoleh, ia bersitatap langsung dengan Namjoon yang memasang raut wajah penuh pengharapan. Namun, yang bisa dirinya lakukan hanya menggeleng kecil, membuat sinyal pilu hadir menghiasi diri pemuda jangkung di hadapan.
"Tidak ada perkembangan. Dia sama sekali tidak ingin berbincang denganku," tutur anak ini kelewat lirih.
Namjoon tidak bisa menyahut banyak. Tidak bisa pula kecewa pada Juan yang sudah berusaha. Jujur saja, ia benar-benar letih. Bukan fisik, namun batin. Kepergian sang papa mengharuskan Namjoon menjadi lelaki yang lebih kuat dari sebelumnya. Ia tidak boleh lemah, karena saat itu pula dapat dipastikan baik Jeslyn maupun Victor akan hancur bersamaan.
"Kak, percayalah semua akan membaik tak lama lagi. Kurasa Victor hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," hibur Juan mencoba membuat suasana hati Namjoon membaik.
Yang lebih tua hanya dapat tersenyum sendu. Pria berlesung dalam ini mendudukkan tubuh di samping Juan. Raut wajah letih itu membuat si tampan merasa ada banyak hal yang coba Namjoon pendam di dalam hati. Dan tentu saja ia tahu, keadaan yang cukup sulit untuk pria tersebut kala harus menjadi sandaran untuk orang lain kendati dirinya sendiri tak punya tempat untuk bersandar sama sekali.
Maka, dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan, Juan berutur lirih, "Kak, tak apa jika lelah untuk memendam semua rasa sakit itu. Kakak bisa menangis di sini. Tidak ada orang yang akan tahu selain aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Us
Fanfiction"Aku Victory Kim." Saat pendar mentari terbit menyinari gelap dalam diri. Juan berjanji, akan menggenggam erat jiwa yang ia hempas sampai napas terakhir. ----- Bismillah Star : 6 Maret 2020 End : - Story by @SnowBubble07 Cover by @RiMa_La