19. Note

2.7K 334 108
                                    

Namjoon terduduk di depan ruang operasi dengan buku tebal menemani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namjoon terduduk di depan ruang operasi dengan buku tebal menemani. Tugas akhir perkuliahan masih belum bisa selesai secara cepat, tapi ia merasa tidak dapat meninggalkan Victor sendirian kali ini. Setelah berdebat panjang dengan anak itu tempo hari, kini setuju tidak setuju sang adik harus melakukan pembedahan kecil guna memasang selang gastric tube ke dalam perut untuk membantu anak itu menerima asupan nutrisi lebih banyak juga obat-obatan tertentu.

Di tengah keramaian pada lorong panjang sayap utara rumah sakit, pria jangkung tersebut tak bisa mengalihkan sedikitpun pandangan selain pada buku filosofi hukum yang ada di genggaman. Sejenak menghirup udara segar mengingat ia sudah ada di tingkat akhir sekarang, sebentar lagi akan wisuda dan kelak menjadi seorang pengacara hebat seperti impian di waktu kecil.

Saat itu ia akan merasa paling bahagia kendati foto keluarga mereka tak akan lagi lengkap mengingat sang malaikat pelindung sudah pergi jauh saat ini. Ah, mengingat soal Papa, ia jadi sedih sekali. Ingatan Namjoon berputar pada saat ia bertengkar dengan sang ayah dahulu karena perbedaan pilihan mereka, di mana Kyunghee menginginkan si sulung untuk menjadi seorang abdi negara namun anaknya lebih memilih mendalami hukum sebagai tujuan hidup.

Namjoon sudah pernah bersumpah akan membuktikan pada Papa kalau suatu saat nanti ia bisa menjadi orang yang hebat karena memilih apa yang dirinya inginkan. Itulah salah satu motivasi utama Namjoon untuk menyelesaikan perkuliahan dengan cepat menggunakan otak pintarnya. Namun, kini tidak ada yang bisa ia buktikan pada Papa, karena sang panutan tidak bisa lagi ia lihat untuk selama-lamanya.

Memikirkan hal tersebut membuat pria tampan itu tidak menyadari jika ada seorang wanita cantik yang berjalan mendekati sedari tadi. Tak lain adalah Jeslyn. Si cantik terlihat begitu manis saat ini. Dengan balutan sweater rajut berwarna merah hati dan polesan make up tipis untuk menutupi rona pucat dari kulit wajah aslinya.

Sentakan terasa kala yang lebih tua menepuk bahu si tampan dengan lembut. Namjoon tentu membulatkan mata terkejut melihat sosok ibunya berdiri tegap di hadapan.

Ia masih memproses semua di dalam otak selama beberapa waktu hingga akhirnya dengan segala kekalutan ia menyerbu Jeslyn melalui pertanyaan bertubi. "Mommy sendirian? pakai mobil atau taxi? kenapa tidak bilang? aku kan bisa menjemput Mom kalau begitu."

Kekehan kecil terdengar sebagai respon. Jeslyn melihat dengan jelas raut khawatir yang begitu ketara mendominasi wajah tampan sang putra. Lembut sekali ia menyahut, "tidak apa. Lagipula Mommy baik-baik saja kan? bisa sampai ke sini dengan selamat."

Desahan pasrah menjadi penutup kekalutan hati. Namjoon mengusap kasar wajah, lantas memasang senyum tipis ke arah sang ibu. Yah, ngomong-ngomong Jeslyn terlihat berbeda hari ini, wanita cantik itu lebih segar dari sebelumnya kendati samar masih terlihat rona sendu dari setiap gurat rupa. "Mommy ingin melihat Victor um? belakangan ini dia merasa kesulitan menelan, jadi bibi Minhwa menyarankan untuk memasang PEG. Yah semacam selang makanan yang di masukan ke dalam sini."

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang