03. Cage

3K 415 77
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Juan hanya melamun menatap ponsel yang ada di nakas samping ranjang dengan pikiran yang melayang entah kemana. Hari sudah semakin malam, tapi ia masih tak bisa melupakan kejadian di gereja sore tadi. Semua tentang Victor, si bocah aneh yang mengagumi kekurangannya.

Ia terus bertanya di dalam benak, bagaimana keadaan bocah itu? apa baik-baik saja atau sebaliknya? tentu saja Juan cukup terkejut saat menyadari Victor pingsan di dalam lift tepat setelah beberapa petugas berhasil menolong mereka sore tadi. Maka dari itu saat seorang pria berpostur tegap datang menjemput, si tampan memberikan nomor ponselnya berharap jika sudah sadar, Victor dapat menelpon.

Tapi apa? bahkan sampai sekarang dia sama sekali belum mendapatkan panggilan masuk, membuat Juan jadi berpikir macam-macam tentang kemungkinan yang bisa saja dialami oleh kenalan barunya tersebut.

Clek

Saat sedang asik sekali melamun, suara pertanda pintu yang dibuka membuat ia seperti tiba-tiba ditarik ke alam sadar. Pasti ibunya datang mengecek, dan ini bukanlah hal baik jika Juan masih tetap terjaga.

Berpura-pura tertidur adalah pilihan terbaik. Si tampan memejamkan mata erat dengan membuka sedikit bibir agar sang ibu mengira ia sudah tertidur. Namun, kendati saat langkah kaki terdengar mendekat, jantung Juan tetap berdetak begitu cepat.

"Jangan berbohong, kenapa belum tidur?" ucap si cantik, Park Minhwa yang menyadari jika putranya sama sekali belum tertidur.

Dan saat itu juga Juan berdecak kesal, memang salah jika ingin menipu ibu cantiknya itu. Mau tidak mau ia berakhir membuka mata guna menatap sang ibu yang berdiri memasang raut wajah tegas dengan melipat tangan di depan dada.

"Aku tidak bisa tidur," sahutnya jujur.

Minhwa menghela napas dalam, ia memang tidak tahu yang terjadi pada si tampan, tapi ia dapat menangkap raut cemas dan kacau di mata Juan sejak mereka makan malam bersama beberapa waktu yang lalu.

"Kenapa? pasti karna penyuluhan sore tadi, sudah Mama bilang kan kalau itu tidak baik untukmu? dan sekarang benar-benar terbukti," cetus sang ibu dengan lugas.

Juan memutar bola mata malas. "Ma, bukan karna itu. Tolong, aku sedang tidak ingin bertengkar."

Sungguh, ia kesal sekali. Minhwa selalu saja berpikiran negatif tentang apapun yang ia lakukan apabila itu bertentangan dengan keinginan sang ibu. Padahal, harusnya ia berhak memutuskan sesuatu sendiri di usia saat ini, tapi selalu saja haknya di batasi oleh aturan-aturan Minhwa yang terkesan mengekang.

Dia tahu, wanita tegas itu hanya ingin yang terbaik untuk dirinya. Dia tahu, Ibunya hanya takut Juan terluka, tapi bukan begini cara yang tepat. Bukan ini yang harus si cantik lakukan untuk melindungi sang anak.

"Aku berteman, dia anak yang baik," tukas Juan tiba-tiba.

Kerutan tak suka timbul dari dahi yang lebih tua. "Apa maksudmu?"

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang