Tentu saja ada perdebatan yang terjadi antara Juan dan juga Minhwa. Tidak tahukah betapa sang ibu luar biasa khawatir saat mendapati anaknya pingsan beberapa waktu yang lalu? dan kini, yang ia dengar dari mulut Juan setelah pertama kali sadar adalah suatu kalimat yang meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.Padahal, jelas sekali ia melihat sedikit pembekakan di bagian kaki kanan sang putra. Apa yang bisa dikatakan baik-baik saja? Juan hanya beralasan. Dan Minhwa benar-benar benci saat anaknya mulai menyembunyikan sesuatu. "Juan, kita sudah pernah berjanji tidak akan saling menyimpan sesuatu sendirian."
Kalimat itu membuat Juan merasa teramat bersalah. Ia mengalihkan pandangan mata, lantas menarik napas dalam untuk menekan rasa sakit yang mulai memenuhi hati mendengar nada bergetar yang ditunjukan oleh ibunya.
"Katakan Juan, apa yang sebenarnya terjadi," tutur si cantik dengan suara memohon.
Tepat saat jemari Juan yang saling bertaut digenggam erat oleh sang ibu, ia lantas mendongak dan mendapati air mata yang mengalir bebas menghiasi wajah cantik Minhwa. Sudah, cukup. Tidak ada yang bisa Juan sembunyikan lagi karena ia sadar, wanita cantik di hadapan saat ini sudah tahu kondisi putranya lebih dari apapun.
"Ma, aku merasakan sakit lagi sejak kemarin. Sebenarnya, saat Mama pulang hari itu, aku bukan ingin meminta Mama untuk membelikanku cat air baru, tapi aku ingin mengeluhkan semua ini pada Mama," lirihnya hampir tak terdengar jikalau telinga sang ibu tidak terpasang peka.
Juan menarik napas berat, "tapi setelah aku mendengar Victor akan menjalani kemoterapi, aku pikir akan sulit bagi Mama membagi pikiran untuk kami. A-aku hanya tidak ingin membuat Mama terlalu mencemaskanku dan melupakan tanggung jawab yang lain."
Menggeleng pelan, si cantik mengecup puncak kepala anaknya penuh sayang lantas menghela napas dalam seraya berujar lirih, "Sayang, bukan berarti jika Mama mencemaskanmu, hal itu akan berpengaruh pada Victor. Tanggung jawab sebagai seorang onkolog medis, tidak bisa menitikberatkan pada kepentingan pribadi, Juan. Dan Mama sudah mengabdi selama ini."
Penjelasan yang terlontar lembut dari bibir manis sang ibu membuat Juan menunduk penuh penyesalan. Yah, seharusnya ia dapat berpikir panjang. Minhwa pasti bersikap profesional atas apa yang ia kerjakan. "Aku minta maaf."
Tidak ada bentakan tanda amarah. Wanita cantik itu hanya tersenyum sendu mencoba untuk terlihat tegar di hadapan sang putra. "Kau hampir membuat Mama merasa gagal menjaga tanggung jawab sebagai seorang onkolog medis juga ibu untukmu."
"Ma," rengek Juan sembari mendongak hanya untuk menatap wajah ibunya yang kini menunjukan ekspresi tak terbaca.
"Ada beberapa pemeriksaan medis yang akan kau jalani nanti," lanjut Minhwa mengusap surai kelam putranya.
Bulatan mata terkejut ia dapati sebagai respon. Juan tampak sangat terkejut mendengar jika ia akan menjalani pemeriksaan kembali. Seketika muncul rasa takut dari dalam hati. "Ma, apa yang terjadi padaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Us
Fanfiction"Aku Victory Kim." Saat pendar mentari terbit menyinari gelap dalam diri. Juan berjanji, akan menggenggam erat jiwa yang ia hempas sampai napas terakhir. ----- Bismillah Star : 6 Maret 2020 End : - Story by @SnowBubble07 Cover by @RiMa_La