Dua puluh satu tahun yang lalu...
Malam itu hujan turun dengan derasnya bersamaan dengan tangis histeris seorang wanita yang melihat jasad suami serta anaknya tengah bersimbah darah di atas aspal yang basah.
Ia meraung memanggil nama kedua orang tercintanya, menghiraukan rintik hujan yang jatuh membasahi tubuhnya.
Merayap berusaha menjangkau tubuh anaknya dan kemudian membawanya kedalam dekapan erat.
"Ibu mohon, bertahanlah sayang, anak ibu" Ia mengusap darah yang menutupi wajah mungil itu.
Lalu pandangannya beralih kepada sang suami yang tidak bergerak sama sekali.
Malam itu menjadi sebuah mimpi buruk bagi seorang wanita rapuh yang mudah berputus asa. Kehilangan kedua orang yang paling dicintainya adalah sebuah pukulan keras bagi kewarasannya.
Seraya menggendong tubuh putranya, kedua kaki ringkih itu berjalan ketepi jembatan yang berada tidak jauh dari lokasi kecelakaan.
Tidak ada satu orang pun yang berada di sana untuk dimintai pertolongan, mengingat mereka tengah berada di sebuah jalanan terpencil yang sangat dekat dengan jurang dan sungai beraliran deras.
"Maafkan ibu yang tidak bisa menjagamu, tapi tenang saja nak, ibu akan menemanimu di sana" Ia memanjat pembatas jembatan dan kemudian melompat ke dalam sungai.
Dan kemudian semuanya menghitam...
Kedua kelopak matanya terbuka perlahan, mengerjap dan menatap sekitar dengan bingung.
"Dimana ini?" Ia menunduk dan mendapati putranya yang masih berada dipelukannya, masih dalam keadaan tidak bernyawa.
Kembali cairan bening menggenang pada pelupuk matanya, "kenapa kau masih seperti ini nak?" Tangisnya dengan pilu menghiraukan keadaan sekitar yang terasa amat asing.
Hingga sebuah cahaya menyorot membuat matanya sedikit menyipit karena tidak mampu menerima intensitas cahaya yang masuk.
"Suamiku?" Wanita itu menyeringit saat melihat sesosok yang dilingkupi oleh cahaya tengah berjalan kearahnya.
"Kau..." Dia tidak dapat berkata-kata dan kemudian pandangannya jatuh kepada tubuh sang suami yang dibalut oleh, entahlah dia pun tidak tau pakaian jenis apa yang tengah dikenakan oleh pria itu.
"Maafkan aku, kau pasti sangat terkejut saat ini" Tangan besar itu terulur untuk mengusap air mata yang mengalir pada wajah cantiknya.
"Sejak awal melihatmu aku sudah langsung jatuh hati kepadamu, memperhatikanmu dalam diam dan mengambil sebuah resiko dengan menikahimu rela aku lakukan, meninggalkan tanggung jawabku disini" Terdengar suara helaan napas yang sangat panjang sebelum pria itu kembali membuka suaranya.
"Ini sudah saatnya aku kembali ke Olympus, maafkan aku dan jaga putra kita, dia memiliki sebuah benang takdir yang sangat kuat, bahkan Hades sendiri tidak dapat menariknya ke alam kematian"
"Apa maksudmu suamiku?!" Tanya wanita itu dengan histeris, tidak memahami apapun yang sedari tadi dikatakan oleh sang suami.
Tiba-tiba seorang pria berkulit coklat gelap telah berdiri di sebelah suaminya dengan air muka yang sangat menyeramkan.
"Beruntunglah bagi seorang pendosa sepertimu yang terselamatkan oleh takdir putramu" Suara berat itu menggema membuat si wanita gemetar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Demigod [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Versi cetak sudah tersedia di Shopee dan Tokopedia. Atau bisa order via WA dengan menghubungi no : 0812-3553-0805 ***** hanya tentang tujuh orang pemuda yang harus merelakan kehidupan damai mereka demi kelangsungan hidup mereka. teta...