(24) permainan takdir

6.9K 931 27
                                    

Seokjin meremas kedua tangannya yang berada di bawah meja seraya menyumpah serapah ke enam pemuda yang menjadi rekan satu timnya dengan berbagai macam umpatan.

Sungguh dia sangat menyesali mulut serta takdir buruk yang selalu menyertainya, mulai dari terjebak di dalam perlombaan yang paling dihindarinya, kemudian menjadi satu tim dengan orang-orang yang bahkan tidak pernah berada di dalam daftarnya sebagai orang yang cocok dibawa untuk berinteraksi.

Dan kini dia harus terjebak di dalam ruangan sempit yang hanya memiliki satu buah lampu sebagai sumber penerangannya, tepatnya lampu yang kini menggantung di atas meja bundar yang ditempatinya bersama dengan empat orang lainnya.

Mereka duduk mengelilingi meja itu dengan seorang wanita berpakaian minim yang tengah menggenggam sekotak kartu yang dikenali oleh Seokjin sebagai kartu remi.

'Akademi ini memang tidak dapat di tebak'

Batin Seokjin seraya menatap sekelilingnya dan hanya mendapati tembok berwarna gelap, entah itu pengaruh penerangan yang minim atau memang warna asli tembok itu.

Ah... apa yang sedang kau pikirkan Kim Seokjin? Ada sesuatu yang lebih penting yang harus kau pikirkan saat ini.

Memenangkan pertandingan ini misalnya?

"Selamat datang pada babak penyisihan pertama, kalian berlima adalah yang terpilih untuk mewakili tim kalian masing-masing. Pada babak pertama ini kita akan bermain dengan santai, lakukanlah yang terbaik untuk memenangkan babak ini karena akan ada hadiah yang menunggu jika kalian dapat memenangkan permainan ini"

Seokjin menyimak dengan seksama kata-kata Sang pembawa acara seraya memperhatikan kartu miliknya yang telah dibagikan oleh si wanita berpakaian minim tersebut.

Seokjin menyeringit jijik ketika wanita itu menyentuh lembut bahu lebarnya, dia adalah salah satu putri Aprodhite yang selama beberapa tahun ini berusaha menarik perhatiannya.

'Jika bukan saudari Hoseok, sudah ku patahkan tangannya'

Batin Seokjin seraya mendengus kesal. Kini fokusnya tertuju pada tujuh buah kartu yang berada di dalam genggamannya.

"Sial! Ini tidak akan bagus" Umpatnya untuk yang kesekian kalinya.

*****
Sementara itu di luar bangunan yang menjadi arena perlombaan itu, tampak para peserta supinezh yang lain tengah menanti rekannya yang sedang bertanding dengan berbagai macam ekspresi.

Ada yang memasang wajah cemas hingga tidak perduli sama sekali. Masing-masing tim kini telah berdiri di dalam sebuah tabung yang berdiameter cukup luas sehingga mampu menampung enam orang bahkan lebih di dalamnya.

"Bagaimana jika Jin hyung kalah dalam babak ini?" Tanya Taehyung ke pada Jimin yang berdiri di sebelahnya.

"Dia tidak akan dapat lanjut ke babak berikutnya" Sahut Yoongi dengan santai. Dia sudah bersandar pada dinding kaca yang melingkupi mereka seraya memejamkan kedua matanya.

Ketiga maknae itu membulatkan matanya, ya, termasuk Jungkook. Jika tau konsekuensinya adalah keluar dari permainan bodoh ini lebih baik dia mengajukan diri tadi.

Siapa juga yang ingin berlama-lama di dalam permainan bodoh ini.

"Begitu juga dengan kita" Sambung Namjoon yang berhasil menarik atensi ke empat pemuda yang berada di dalam tabung yang sama dengannya.

"Apa maksudmu itu Namjoon-ah?" Tanya Hoseok yang tidak menggunakan bahasa formal ke pada Namjoon.

Tipikal Hoseok yang tidak mau dibantah dan selalu bertindak sesukanya, lagi pula dia dan Namjoon itu seumuran jadi wajar jika dia ingin cepat akrab dengan putra Ares tersebut.

Namjoon memilih mengabaikan panggilan Hoseok tadi dan melanjutkan kata-katanya.

"Menurutmu kenapa kita di minta untuk berdiri di dalam tabung ini?" Tanya Namjoon balik seraya mendongak menatap layar LED yang menunjukkan bagaimana suasana pertandingan di dalam sana.

"Pertandingan kali ini memiliki mekanisme yang berbeda dari pertandingan pada tahun-tahun sebelumnya" Namjoon kembali mengingat tahun pertama kali dia mengikuti perlombaan ini.

"Jika biasanya pertandingan ini dilakukan secara individual maka kali ini kita ditempatkan di dalam satu kelompok seperti ini, sedangkan di dalam sana Seokjin-ssi sedang bertanding sendirian dengan kita berdiri di dalam tabung ini" Jelas Namjoon memaparkan analisanya.

Hoseok menggaruk dahinya bingung, dia tidak mengerti sama sekali akan arah pembicaraan Namjoon saat ini.

"Ck, dasar bodoh" Yoongi sudah berdiri tegak seraya menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Ya! Hyung!" Seru Hoseok yang tidak terima dikatai bodoh.

"Nasib kita bergantung dengan Jin hyung yang sedang bertanding di dalam sana" Sela Taehyung yang tampaknya mulai mengerti dengan situasi mereka saat ini.

Brakk...

Terdengar suara patahan yang membuat mereka semua dengan serentak menoleh, ke enam pemuda itu mendapati tabung yang berada di sisi kiri mereka telahh kosong dengan sebuah lubang besar yang berada di dasar tabung.

"Ini yang sedari tadi aku bicarakan" Ucap Namjoon seraya menatap layar LED raksasa di hadapannya yang saat ini tengah menampilkan empat orang yang masih menatap kaget pada rongga kosong di hadapan mereka.

*****

"End of way" Seokjin menoleh cepat ketika Denis mengakhiri permainan babak pertama dengan skor yang nyaris sempurna.

Di hadapan mereka kembali menyala monitor yang menunjukkan skor kelima pemain, dan Seokjin berada di urutan ke empat dengan skor yang berbeda tipis dengan si peringkat lima.

Brakk...

Seokjin terperanjat kaget ketika kursi di sebelahnya tiba-tiba terhisap kedalam lantai dan menyisakan sebuah lubang, dengan perlahan dia menjulurkan kepalanya untuk melihat ke dalam lubang itu.

Hanya ada kegelapan, seakan lubang itu tidak memiliki dasar sama sekali.

"Satu tim telah gugur dan tersisa empat tim lagi yang akan memperebutkan tiga posisi untuk dapat melanjutkan ke babak berikutnya"

Terdengar suara Sang pembawa acara bergema baik di dalam maupun di luar arena pertandingan.

"Tentu saja saat ini kalian mengerti bagaimana cara main pada babak kali ini, bukan?"

Dan kini Seokjin tidak dapat menahan dirinya untuk tidak mengumpat dengan suara yang naik beberapa oktaf.

Permainan kembali berlangsung dengan tujuh buah kartu baru yang berada di genggaman masing-masing pemain.

Suasana berubah menjadi semakin mencekam mengingat hanya ada tiga tim yang akan lolos ke babak berikutnya, berarti akan ada satu tim lagi yang tersisih di putaran kali ini.

Dan Seokjin tentu saja tidak mau menjadi tim yang tersisih tersebut, meski awalnya dia menolak untuk ikut di dalam permainan ini.

Tetapi menyerah dan membiarkan dirinya masuk kedalam lubang yang entah memiliki dasar atau tidak itu merupakan sebuah ide yang sangat buruk.

Bukan seperti itu cara untuk keluar dari permainan bodoh ini, tidak dengan mengorbankan dirinya maupun timnya. Seokjin masih punya hati nurani omong-omong.

Kedua mata doe itu menangkap pergerakan tangan Aiden, putra dewa Apate. Hanya sepersekian detik dan dengan gerakan yang halus serta rapi sedang menyembunyikan sebuah kartu di dalam lengan bajunya.

Seketika seokjin tersentak ketika mengingat perkataan Sang pembawa acara tadi.

"Lakukan yang terbaik untuk memenangkan babak ini..."

"Jadi tidak masalah jika terjadi kecurangan?" Gumam Seokjin seraya menyeringai puas.

*****
Don't copy my story okay!

20 Desember 2019

Revisi : 7 april 2020

~Weni

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang