(8) bagian dari sebuah takdir

7.2K 889 13
                                    

Pagi itu seisi akademi digemparkan oleh kemunculan sebuah kamar asrama baru yang terletak di tepi danau.

Mereka sibuk menerka siapa kiranya yang akan menempati kamar itu, karena tidak ada tanda-tanda akan keberadaan penghuni baru di dalam akademi.

"Aku rasa dia adalah anak salah satu dari dua belas dewa atau dewi Olympus, mengingat letak kamarnya yang berada di atas" Ucap seorang pria berwajah manis seraya menyuap makanannya.

"Aku tau, tapi dewa atau mungkin dewi apa kiranya? Letak kamarnya juga tersendiri seperti itu, aku berani jamin dia bukanlah saudara dari golongan Toez saat ini" Balas seorang gadis berambut hitam sebahu yang duduk di sebelahnya.

"Atau mungkin dia adalah anak dari salah satu dewa tertua?" Pemuda manis tadi menjentikkan jarinya dengan semangatnya.

Takk...

Sebuah sendok melayang pada jidatnya, membuat pemuda itu mengerang kesakitan.

"Aku tau jika kau suka tertidur di dalam kelas, tetapi tidak menyangka jika kau menjadi sebodoh ini. Menurut legenda, ketiga dewa tertua itu enggan untuk memiliki keturunan apalagi setengah manusia seperti kita" Balas gadis yang dengan tidak berdosanya memukul kepala temannya tersebut.

"Ck... kita tidak pernah tau apa yang berada di dalam kepala dewa-dewa itu, jaman sudah berubah dan mungkin pikiran mereka juga akan berubah"

*****

"Jadi kau tidak tahu dari mana asalmu?" Tanya Hoseok seraya memajukan wajahnya untuk meneliti wajah manis di hadapannya.

"Eeh... tidak" Pemuda itu memundurkan kepalanya berusaha memperbesar jarak di antara mereka berdua.

"Kau menakutinya bodoh!" Seokjin dengan tega nya mendorong jidat Hoseok membuat putra aprodhite itu nyaris terjatuh dari kursi yang di dudukinya.

Ketiganya kini tengah berada di dalam kamar Seokjin, begitu pemuda yang mengaku bernama Jimin itu sadar, Seokjin segera berlari layaknya orang yang tengah di kejar setan menuju kamar Hoseok.

Bahkan ia tidak memperdulikan Hoseok yang masih menggunakan piyama dengan wajah dan rambut yang kusut, Seokjin langsung menarik pemuda itu menuju kamarnya.

Jadilah mereka kini tengah duduk denga Hoseok yang seperti menginterogasi Jimin, layaknya seorang terdakwa yang telah melakukan kejahatan kelas berat.

"Argh.. kau kasar sekali, hyung" Sungut Hoseok dan memilih menyingkir ketika melihat Seokjin yang sudah mendelik kearahnya.

"Jadi park, apa yang kau ingat terakhir kali sebelum kau tiba di sini?" Tanya Seokjin dengan serius.

Jimin mengerutkan dahinya, berusaha mengingat apapun yang tersisa di dalam memori kepalanya.

Tebing...

Orang-orang berjubah...

Laut dan Jihyun...

"Tidak! Jihyun hyung!" Jimin tiba-tiba bangkit dan kemudian mencengkram kerah kemeja yang digunakan oleh Seokjin.

"Di-dimana Jihyun hyung?" Tanya-nya, sedangkan Seokjin hanya dapat bungkam. Siapa yang sedang dicari oleh anak ini?

"Dimana dia? Dimana hyung ku! Jawab!" Sentak jimin setengah histeris.

"Tenanglah dulu" Hoseok berusaha membantu Seokjin dengan merangkul bahu Jimin.

"Ti-tidak, kita harus kembali dan menolong Jihyun hyung. Mereka akan menyakitinya" Kini ganti Hoseok yang menjadi sasaran Jimin.

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang