(28) permainan takdir

7.2K 916 17
                                    

Prasangka adalah satu dari sekian banyak sifat buruk manusia.

Prasangka juga dapat menimbulkan kesalah pahaman yang berujung kepada kebencian.

Mungkin kalian sudah sering mendengar ini tetapi mariku ulangi sekali lagi sebuah pepatah lama sebagai cermin untuk diri kita sendiri.

Prasangka adalah akar dari kebencian dan kebencian adalah penyakit hati yang paling mematikan, layaknya api yang membakar kayu sehingga yang tersisa dari itu semua hanyalah sebuah penyesalan.

*****
Senja itu adalah senja terindah kedua yang pernah dilalui oleh seorang pemuda bernama Kim Taehyung.

Dia masih ingat ketika ibunya mengajak ia ke sebuah pantai untuk melihat sang surya yang mulai kembali ke peraduannya.

Saat itu Taehyung berpikir bahwa dia tidak membutuhkan apapun lagi di dunia ini selain ibunya, begitulah pikiran naif seorang Kim Taehyung yang baru saja menginjak usia tujuh tahun.

Lalu disaat dia melihat bagaimana ibunya meregang nyawa membuat kedua kakinya bergetar hebat, perlu lima bulan lamanya untuk memulihkan dirinya kembali.

Bahkan mimpi-mimpi itu masih mengganggu malamnya. Beruntung saat ini ada Jimin yang selalu membangunkannya dari mimpi buruk itu, dan juga perlahan temannya terus bertambah.

Meskipun mereka tidak menganggap jika hubungan yang terjalin diantara mereka bukanlah sebuah pertemanan, Taehyung tetap bersyukur, diantara semua kesialan yang terjadi dalam hidupnya ternyata masih ada setitik nasib baik yang tersisa.

"Kau melamun" Tiba-tiba telah duduk pemuda berkulit pucat di sebelah Taehyung.

"Aku tidak-" Perkataan Taehyung terhenti ketika mendapati tatapan menelisik dari Yoongi.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Yoongi yang kali ini telah mengalihkan tatapannya dari wajah Taehyung dan lebih memilih menatap matahari terbenam di hadapannya.

Kini gantian Taehyung yang menatap menelisik kearah pemuda itu. "Aku rasa kita tidak cukup dekat untuk saling bertukar pikiran, hyung" Jawab Taehyung dengan nada yang sangsi.

"Kau memanggilku hyung" Ucapan Yoongi itu berhasil membungkam Taehyung.

"Baiklah, kau menang" Taehyung terkekeh kecil, entah apa yang lucu dari percakapan singkat yang terjadi diantara keduanya.

"Aku merasa jika kehidupanku ini adalah sebuah drama, drama yang tidak pernah aku harapkan untuk terjadi" Taehyung menatap menerawang ke depan sedangkan Yoongi sudah membaringkan tubuhnya dengan kedua tangan yang menjadi bantalan untuk kepalanya.

"Lalu apa yang membuatmu risau?" Kedua manik mata Yoongi menatap langit yang telah mulai gelap di kepalanya.

"Aku benci ketika hidupku dijadikan sebuah permainan seperti saat ini" Kedua tangan Taehyung telah mengepal dengan erat di dalam saku jaket yang dikenakan olehnya.

Bibir Yoongi menyunggingkan sebuah senyuman tipis, permainan eh?

Bahkan Yoongi telah merasakan yang lebih dari itu semua, masa lalu adalah sebuah penyesalan bagi mereka yang tidak bersyukur.

Tetapi Yoongi bukanlah orang yang mudah menyerah dan berputus asa, jika dia adalah orang yang seperti itu maka sudah lama ia akan menghilang dari dunia ini.

"Mau mendengar sebuah nasehat?" Taehyung mengerutkan dahinya ketika mendengar ucapan Yoongi yang jauh melenceng dari pembicaraan mereka sebelumnya.

"Drama adalah sebuah alur cerita yang telah dituliskan sehingga membentuk sebuah skenario yang harus dilakoni oleh para pemainnya. Itu tergantung kepadamu, ingin memainkan peran itu atau menjadi seorang yang menulis skenario kehidupanmu sendiri"

*****
Akhirnya, hari ini telah tiba, hari dimana babak selanjutnya dari supinezh akan dilangsungkan.

Kini semua peserta sudah berkumpul mengelilingi danau yang terletak tepat di sebelah akademi, danau ini memiliki luas yang mencapai dua kali lipat dari danau terluas yang pernah tercatat di dalam rekor dunia sekalipun.

Sedangkan para penonton hanya dapat menonton jalannya pertandingan dari dalam venue dengan sebuah layar LED raksasa yang lebarnya hampir mencapai setengah dari bangunan itu.

"Selamat datang kembali bagi kalian semua, seperti yang kalian saksikan jika arena perlombaan selanjutnya akan berada di dalam air"

Sebuah Layar LED yang sedikit lebih kecil juga telah terpasang di tepi danau dan tengah menampilkan wajah sang pembawa acara yang kali ini tampil eksentrik dengan balutan jas berwarna merah serta dasi kupu-kupu hitam yang melekat pada lehernya.

"Selera berpakaiannya sangat buruk" Cibir Seokjin yang mendapat tatapan penuh protes dari Taehyung yang berdiri di sebelahnya.

"Itu adalah karya seni, hyung" Seru Taehyung yang sarat akan nada protes, tidak setuju akan perkataan Seokjin tadi.

"Aku lupa jika selera berpakaianmu juga sama buruknya" Taehyung sudah menekuk wajahnya kala Seokjin juga menghina seleranya dalam berpakaian.

Hei, semua orang memiliki seleranya masing-masing bukan?

"Setidaknya selera Taehyung tidak seburuk pakaiannya kita saat ini, hyung" Sahut hoseok yang sudah menarik-narik kerah baju menyelam yang tengah dikenakannya.

"Dan aku juga tidak tahu kalau kita harus menggunakan baju aneh ini!" Gerutu Hoseok sekali lagi mengenai pakaiannya kembali.

Sementara di sebelahnya berdiri Jungkook yang sudah memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Kenapa kau jadi sering protes mengenai semua hal belakangan ini, hyung?" Hoseok menoleh kearah Jimin yang menatapnya dengan dahi yang berkerut.

Hoseok menghela napas panjang dan memilih menghiraukan putra Poseidon itu, dia tidak tahu saja kalau Hoseok sangat membenci air.

Ada kejadian tidak mengenakan yang membuat dirinya dan air menjadi musuh abadi hingga saat ini.

"inti dari permainan kali ini adalah ketiga tim yang tersisa harus dapat menemukan mahkota Poseidon agar dapat masuk ke babak final"

Ketujuh pemuda itu mendongak dan menatap layar LED yang menampilkan sebuah mahkota dengan desain sederhana yang berpendar kebiruan.

"Kenapa kau tidak langsung minta saja mahkota itu kepada ayahmu, Jimin-ah?" Tanya Taehyung, sedangkan Jimin yang berdiri di sebelahnya sudah mengerutkan dahi bingung.

"Aku tidak tau jika ayah memiliki mahkota" Jawabnya dengan nada polos membuat Seokjin menepuk dahinya ketika melihat kebodohan kedua pemuda itu.

"Itu bukanlah mahkota Poseidon yang sesungguhnya, itu adalah mahkota yang di sematkan kepada orang-orang yang dapat melawan ketakutan serta kegelapan di dalam dirinya, seperti Poseidon yang harus melawan ketakutannya ketika berduel dengan Zeus" Terang Seokjin membuat keduanya menganggukkan kepala mengerti.

"Jadi dengan kata lain kita hanya perlu menemukan benda itu saja?" Kini Jungkook ikut angkat suara setelah mendengar perdebatan yang tengah terjadi.

"Aku rasa tidak akan semudah itu" Ke-enam pasang mata itu kini menatap Namjoon yang sudah menumpu dagunya dengan telapak tangannya seraya menatap air danau yang tampak sangat bening layaknya sebuah kaca.

"Apa maksudmu Namjoon-ah?" Tanya Hoseok kepada putra dewa Ares tersebut.

"Apa kalian ingat saat pembagian anggota tim tempo hari?" Serentak mereka menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Namjoon.

"Mereka tidak akan membuat ini mudah" Timpal Yoongi yang kali ini sudah mengerti arah pembicaraan Namjoon.

"Dan juga clue yang di berikan oleh panitia?" Tambah Seokjin seraya menjentikkan jarinya ketika mengingat kejadian di kantin beberapa hari yang lalu.

"Apapun itu, aku rasa sesuatu tengah menunggu kita di bawah sana"

*****
Don't copy my story okay!

26 Desember 2019

Revisi :

~Weni

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang