(6) bagian dari sebuah takdir

7.3K 937 16
                                    

Gelap...

Hanya ada kegelapan...

Dimana ini?

Kenapa?

Kenapa semuanya menjadi gelap seperti ini?

Jihyun hyung...

Dimana dia? Di-mana Jihyun h..hyung

*****
Sudah lewat tengah malam tetapi belum ada tanda-tanda jika pesta itu akan berakhir, bahkan suasana pesta yang tadinya gila semakin bertambah gila seiring dengan hentakan musik yang memekakkan telinga.

Seokjin sudah entahlah...

Entah bagaimana mendeskripsikan dirinya saat ini, dengan wajah yang tertekuk dan dan rambut yang kusut karena berkali-kali jemarinya mengusak surai halus tersebut.

Sungguh demi apapun di muka bumi ini, ia sangat ingin enyah dari tempat yang sangat memuakkan, yang penuh dengan orang-orang yang tidak kalah memuakkan ini.

Tetapi seperti biasa, Hoseok dan segala ancamannya mampu menahan pantat Seokjin untuk tetap duduk di meja bar itu.

Ya, lokasi pesta telah berpindah ke asrama milik putra-putra Dionysus yang telah di sulap menyerupai sebuah bar.

Hell,, meskipun mereka tinggal di tengah hutan bukan berarti mereka akan hidup layaknya manusia primitif.

Mereka mengenal apa itu ponsel, mobil, bar dan tentu saja alkohol. Bahkan setiap musim panas, disaat libur tahunan, mereka akan kembali ke kota untuk mengunjungi orang tua manusia mereka, atau sekedar bersenang-senang saja.

Dan Seokjin sangat muak dengan semua ini, terlebih ketika sepasang sejoli di sebelahnya telah mulai bercumbu dan meraba tubuh masing-masing.

"Persetan dengan si kuda liar itu" Seokjin meletakkan dengan kasar gelas jus yang berada di genggamannya ke atas meja bar, memberikan kode kepada pasangan tidak tau diri itu bahwasanya bukan hanya mereka yang berada di sana.

Setelah bersusah payah akhirnya dia dapat keluar dari neraka itu.
Bahkan tak jarang beberapa tangan nakal meraba tubuhnya, biasanya dari demigod yang berada di golongan bawah, karena mereka akan langsung terpikat akan paras wajahnya yang tampan sekaligus manis.

"Oh, seokjin, kau sudah akan pulang?" Tanya seorang wanita berpakaian mini yang di kenalinya sebagai Rose, saudara se-ibu nya yang juga berasal dari Korea.

"Hmm.. buang-buang waktu jika terus berada disini" Ucapnya dan kemudian melenggang pergi meninggalkan Rose yang sudah berkacak pinggang melihat pemuda itu.

"Dasar kutu buku... Kau akan melajang seumur hidup dengan sikapmu itu!" Seru Rose dengan cukup keras karena jarak keduanya yang lumayan jauh.

*****

Seokjin menyusuri jalan setapak yang berada di pinggir danau, berbeda dengan lokasi pesta tadi. Di sini suasana jauh lebih hening, hanya ada suara jangkrik dan hewan malam lainnya juga dengan hembusan angin menambah khidmatnya malam ini.

Ia memejamkan matanya ketika angin kembali berhembus, namun kali ini lebih kencang dari pada yang biasanya. Dan yang lebih aneh adalah arah angin itu berasal dari danau, padahal melihat dari sudut letaknya sangat mustahil angin dapat berhembus dari arah danau, mengingat di sisi lain danau itu adalah sebuah tebing batu yang cukup tinggi.

"Apa itu?" Gumamnya ketika melihat gelembung-gelembung air yang berasal dari danau. Mengesampingkan rasa takutnya, ia memutuskan untuk melangkah mendekat guna memastikan sesuatu yang dilihatnya itu.

Seokjin memicingkan matanya ketika pusaran air mulai terbentuk, tidak lama muncul lah sesosok manusia dengan penampilan yang begitu kacau.

Rambut dan bajunya basah kuyup serta beberapa goresan menghiasi wajahnya.

"A-apa..?" Ia mundur dua langkah seraya membelalakkan matanya.

"T-tolong" Terdengar suara lirih dari sosok itu sebelum jatuh tidak sadarkan diri.

Seokjin menimbang dengan ragu, apakah dia harus mendekat atau berlari sekencang mungkin meninggalkan objek-orang-asing itu.

setelah terpaku cukup lama dan tentu saja mengumpulkan keberaniannya, akhirnya seokjin memaksa kaki jenjangnya melangkah mendekati orang yang masih tergeletak di atas tanah tersebut.

"Hei..." Dia mencolek pipi bulat itu, tetapi tidak mendapat tanggapan apapun.

"Hei..." Sekali lagi dia melakukannya namun tetap tidak mendapat respon.

"Jin hyung!" Terdengar seruan dari balik punggung Seokjin. Tampak Hoseok yang berlari mendekatinya dengan napas yang tersengal-sengal.

"Haah.. Ternyata kau disini,Huff.. biarkan aku bernafas terlebih dahulu" Hoseok mengangkat sebelah tangannya dan kemudian menarik nafas panjang.

Seokjin mengerutkan dahinya bingung, ada apa dengan putra Aprodhite yang satu ini. Apa dia tidak bosan menempel pada Seokjin setiap saat?

Apakah ia tidak punya pekerjaan lain?

Atau mungkin dia tidak memiliki teman atau sejenisnya?

Seokjin menggelengkan kepalanya dan kemudian memilih fokus kepada pemuda tadi.

"Dia siapa hyung?" Tanya Hoseok begitu menyadari bukan hanya ada mereka berdua di sini.

Dia ikut berjongkok dan kemudian mencolek pipi bulat itu, persis seperti yang di lakukan oleh Seokjin tadi.

"Lebih baik kau membantuku membawanya ke kamarku" Titah Seokjin dan meraih lengan kurus itu untuk melingkar di lehernya.

Hoseok mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa ke kamarmu hyung?" Tanya pemuda itu.

"Lalu kita akan membiarkannya terbaring di sini dan kemudian mati karena hipotermia?" Seokjin mengerutkan dahinya kesal kearah Hoseok yang berkedip dengan polos.

Hoseok hanya dapat ber 'Oh' ria sebelum bergerak membantu seokjin merangkul pemuda yang masih tidak sadarkan diri itu.

*****

Pagi menjelang dan kicau burung menyapa indra pendengaran Seokjin.

Perlahan kedua kelopak matanya mengerjap dan menampakkan manik mata indah yang menjadi ciri khas keturunan dewi Athena.

Ia melenguh kemudian menggeliat kecil, menolehkan kepala dan mendapati pemuda asing itu masih menutup matanya.

"Aishh... masih belum sadar juga?" Seokjin bangkit dari sofa yang menjadi alas tidurnya tadi malam.

Telapak tangannya mendarat pada dahi pemuda itu guna mengukur suhu tubuh pemuda itu. "Syukurlah, sudah tidak demam lagi" Gumamnya.

Lalu matanya tertuju pada sesuatu yang menggantung di leher pemuda manis itu.

"I..ini" Ia menatap kalung dengan bandul berupa tetesan air itu dengan seksama.

Ukiran yang membalut kristal itu membuat Seokjin semakin yakin mengenai pemikiran yang terlintas di benaknya.

"Eughh..." Seokjin mengerjap kaget dan mengambil langkah mundur ketika pemuda asing itu mulai membuka kedua matanya.

"Dimana ini?" Gumam pemuda itu seraya memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri.

"Kau sudah sadar?" Pertanyaan bodoh itu dilontarkan oleh Seokjin yang masih dalam mode kaget.

Mendengar sebuah suara berhasil mengalihkan perhatian pemuda asing itu dan memusatkan atensinya ke arah Seokjin.

"S-siapa kau sebenarnya?" Tanya Seokjin dengan terbata.

Hening sejenak sebelum kedua belah bibir plum itu terbuka.

"Aku Park Jimin, putra poseidon"

*****
Don't copy my story okay!

27 November 2019

Revisi :

~Weni




King of Demigod [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang