(31) permainan takdir

6.7K 926 24
                                    

Berjalan tanpa tentu arah adalah satu-satunya yang dapat mereka lakukan saat ini, berada di tempat antah berantah dan tanpa petunjuk sedikitpun membuat mereka tidak memiliki pilihan lain yang lebih baik.

Sesekali langkah mereka akan di hadang oleh makhluk-makhluk mengerikan yang mengincar kekuatan serta senjata yang mereka miliki, karena dengan itu makhluk-makhluk mengerikan itu dapat keluar dari tempat terkutuk tersebut.

"Bagaimana dengan kakimu?" Tanya Jimin kepada Taehyung.

Taehyung menatap kakinya sejenak dan kemudian memamerkan senyum kotak miliknya.

"Jauh lebih baik" Bohongnya. Dan sepasang obsidian tengah mengetahui kebohongan yang disembunyikannya dengan senyuman itu.

Jimin tersenyum lega dan kemudian mengusak puncak kepala pemuda yang bahkan lebih tinggi dari dirinya tersebut.

Interaksi keduanya tidak lepas dari pengamatan lima pasang mata lainnya, entah apa yang tengah mereka pikirkan di dalam kepala mereka masing-masing.

"Bagaimana cara untuk kita keluar dari sini? Aku sudah muak menggunakan baju ini" Gerutu Hoseok seraya menarik-narik kerah baju selam yang masih melekat di tubuhnya.

"Jin hyung?" Kini mereka semua menatap sang putra Athena yang sedari tadi hanya diam dengan dahi yang telah berkerut dalam.

"Apakah kalian tahu alasan danau itu disebut juga dengan negeri dua arah?" Tanya Seokjin setelah keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat.

"Bukankah karena airnya yang sangat jernih sehingga dapat memantulkan pemandangan di sekitarnya?" Jawab Jungkook tidak yakin.

Seokjin menggelengkan kepalanya, "aku rasa sebutan itu memiliki maksud yang lain"

"Bisakah kau langsung kepada intinya? Jangan bertele-tele dan membuang waktu" Sela Namjoon yang sedari tadi jengah mendengar ucapan Seokjin yang seakan mengandung banyak teka-teki.

Seokjin mendelikkan matanya kesal. "Oh, maafkan aku jika sudah membuang waktu anda tuan Namjoon yang terhormat" Ucap seokjin penuh penekanan.

"Apa maksud dari nada bicara mu itu, apa kau tidak tahu dengan siapa kau berbicara?" Kini tampaknya Seokjin telah berhasil memancing amarah sang putra Ares.

"Tentu aku tau siapa kau, pembuat masalah" Seokjin menyunggingkan senyum meremehkan membuat emosi Namjoon semakin menjadi.

"Kau..." Geram Namjoon, sedangkan Seokjin sudah mendongakkan kepalanya seakan menantang putra Ares tersebut.

"Kenapa? Bukankah yang aku katakan itu adalah sebuah kebenaran?" Seokjin bersedekap dada dan kemudian memandang sekitarnya seraya tertawa mengejek.

Sringg...

Namjoon telah menarik keluar salah satu pedangnya dan kemudian mengacungkannya kearah Seokjin.

"Kau benar, maka jangan salahkan aku jika kepalamu itu terpisah dari tubuhmu" Kedua manik mata Namjoon menyorot tajam kearah putra Athena tersebut.

"T-tunggu dulu, tadi kita semua masih baik-baik saja, kenapa sekarang jadi seperti ini?" Seru Hoseok panik ketika melihat Seokjin yang telah melepas kalung yang melingkari lehernya, kalung itu kini telah berubah menjadi sebuah cambuk yang berpendar kebiruan.

Kalau sudah seperti ini, Seokjin tidak sedang main-main dan mungkin saja akan terjadi pertarungan diantara keduanya jika tidak segera di cegah.

"Apakah ada kata-kata terakhir?" Ucap Namjoon seraya mengangkat tinggi pedangnya.

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang