Promise

568 88 14
                                    

[10 oktober 2019]

"Kau yakin sudah sembuh?"

Winwin memutar bola matanya malas. "Kau sudah menanyakan hal yang sama sebanyak dua belas kali hari ini, Ten."

Lelaki berkaca mata itu menatap datar kearah rekan kerjanya. "Aku bertanya karena khawatir, dasar bodoh! Apalagi saat aku sedang menelfon Yiyang kemarin, ada suara laki-laki asing yang mengatakan bahwa kau sedang sekarat padanya."

Lelaki itu mendecih saat mendengar alasan yang disebutkan oleh Ten. Tentu saja dia tahu benar siapa sosok laki-laki. "Itu Minghao, saudara kembarnya Yiyang."

Ten membelalakkan kedua matanya. Mulut lelaki itu bahkan sempat terbuka selama beberapa detik sebelum ia berhasil menguasai dirinya sendiri. "Yiyang bukan anak tunggal?"

Mengabaikan pertanyaan Ten. Winwin lebih memilih untuk merogoh kantung jas putih yang ia kenakan saat lagi-lagi sebuah pesan masuk ke ponselnya.

———
+82 10-0710-9***
Thu, 10 oct 16.20

Hey, Sicheng.
Saat kau kembali ke Korea nanti, ayo pergi ke taman Haneul seperti janji kita pada 7 tahun yang lalu.
———

Dengan cepat Winwin menuliskan pesan balasan untuk perempuan itu.

———
You
Thu, 10 oct 16.23

Satu-satunya hal yang perlu kau lakukan adalah meninggalkanku sendirian, Haneul.
Menghilanglah dari hidupku.
———

"Winwin?"

Winwin segera mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya kearah wajah temannya itu. Ia menonaktifkan ponselnya sebelum kembali berbicara.

"Bukan, dia tiga bersaudara. Selain Minghao, dia juga punya satu kakak perempuan lagi."

"Dia tidak pernah mengatakannya padaku." Gumam Ten yang masih dapat didengar oleh Winwin. Ia melihat kearah bola mata Ten yang bergerak tak nyaman. "Dan kenapa kau tampak kecewa? Apakah ia memiliki kewajiban untuk mengatakan segala sesuatu tentang hidupnya padamu?"

"Maksudku, kami sempat dekat dan kalau bukan karena si penyanyi itu, kami pasti sudah- AH!!" Lelaki berkebangsaan Thailand itu mengulum bibirnya rapat saat ia menyadari kesalahannya. Didalam hatinya Ten mai merutuki dirinya sendiri. Tak ada yang tahu soal itu sebelumnya dan karena ocehan tidak bergunanya, semuanya terbongkar begitu saja.

"Ha. Aku sudah menebaknya." Winwin tersenyum miring. "Tidak mungkin kau rela menjadi supir pribadi Yiyang selama beberapa minggu saat mobil anak itu rusak hanya karena kau kebetulan sedang memiliki urusan di dekat daerah rumahnya. Kau hanya mencari-cari alasan untuk melakukan pendekatan padanya."

"Win, kumohon jangan katakan hal ini pada siapapun terutama pada Yiyang."

Winwin hanya menatap datar kearah teman kerjanya yang sebenarnya lebih tua darinya itu selama beberapa saat sebelum ia kembali bicara. "Tidak usah seperti itu. Aku bukan tipe seseorang yang mencampuri urusan orang lain. Lagipula tidak ada yang salah dengan menyukai orang lain, Ten."

"Kau benar.. Hanya saja-"

"Kau tidak ingin membuat segalanya menjadi canggung karena ia mengetahui perasaanmu kan? Kau juga tidak ingin membuatnya merasa bersalah karena dia mengetahui perasaanmu disaat dia tidak mungkin membalas perasaanmu kan?"

Ten kembali membiarkan mulutnya terbuka selama beberapa detik. "Kau.." ucapnya ragu. "Bagaimana bisa?"

"Aku hanya tahu, Ten."

That Autumn - Winwin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang