Pretend, Let's?

467 77 12
                                    

[11 oktober 2019]

"Kau tahu tidak? Kau itu sangat menyebalkan."

"Oh."

"Kalau kau ingin memberikan hadiah kepada seseorang, kau seharusnya menyiapkannya sendiri dan bukannya menyuruh orang lain." Omelnya. Lelaki itu menyingkirkan gulungan pita berwarna merah muda yang membelit tangannya sebelum kembali berbicara. "Lihatlah aku sekarang, membantu seseorang yang bahkan tidak pernah repot-repot memberikan hadiah padaku untuk menyiapkan hadiah yang akan diberikan kepada orang lain."

"Berhenti bicara dan terus bekerja, Minghao."

Minghao menyenderkan punggungnya kearah boneka beruang dengan ukuran super besar yang kebetulan berada dibelakang tubuhnya. "Ah, boneka ini benar-benar lembut dan nyaman. Kau yakin tidak ingin memberikannya untukku saja?"

Winwin memberikan pandangan aneh pada Minghao. "Kau tidak normal?"

Minghao langsung bangkit dari posisi sebelumnya dan menatap kearah temannya itu dengan sedikit panik. "Tidak! Tentu saja aku normal!" Lelaki itu tampak jengkel. "Hanya saja, bagaimana bisa kau memberikan hadiah perpisahan untuk Meiyun sementara aku yang selalu berada didekatmu, membantumu, mengingatkanmu untuk makan, mengingatkanmu untuk istirahat, merawatmu saat kau sedang sakit, membantumu mengurus surat izinmu dan mendengarkan keluh kesahmu setiap hari tidak mendapatkan apapun?!"

Winwin kembali menatap aneh kearah Minghao. Namun kali ini raut jijik tidak dapat disembunyikan oleh wajah lelaki itu. "Lupakan pertanyaanku tadi. Kau benar-benar tidak normal."

"Hey!"

"Kau berkata seolah-olah aku dan kau adalah pasangan. Benar-benar menjijikkan. Sepertinya aku harus memikirkan ulang rencana bodoh Yiyang untuk menjodohkanmu dengan perempuan lain sebelum kau benar-benar berubah menjadi tidak normal dan membuatku terkena rumor aneh bersamamu."

"Aku? Dijodohkan? Kau gila?!" Lelaki itu tampak terkejut.

"Tidak gila jika itu akan menyelamatkanmu dari jalan yang menyimpang."

"Fuck you."

"Fuck you too."

"Ew, you guys are disgusting." Sela suara feminim dari balik tubuh kedua lelaki yang sedang terlibat dalam percakapan itu.

Minghao menatap kearah saudara kembarnya dengan jengkel. "Apa yang kau lakukan disini?"

Yiyang memutar bola matanya malas. "Kalau kau lupa, kedua orang tua kita memberikan apartemen ini untuk ditinggali kedua anak bungsu-nya yaitu aku dan kau."

"Ah, sial. Kau benar."

"Jadi ada apa dengan pembicaraan kalian tentang saling ingin bercinta dengan satu sama lain tadi?"

Kedua laki-laki yang berada di ruangan itu menatap horror kearah satu-satunya perempuan yang sedang bersama dengan mereka.

"Aku tidak ada dan tidak akan pernah ada  keinginan untuk bercinta dengan Winwin, dasar gila."

"Aku tahu kau tidak waras namun aku tidak tahu ternyata isi pikiranmu semengerikan ini. Kurasa kau harus memeriksakan dirimu ke Ten." Sambut Winwin.

Yiyang menatap kearah boneka beruang berukuran super besar serta gulungan pita berwarna merah muda yang tergeletak diatas lantai kamar kakak kembarannya itu secara bergantian sebelum ia kembali mengangkat pandangannya sembari tersenyum maklum.

"Sudahlah, aku mengerti. Kalian tidak perlu menyembunyikannya lagi. Aku yakin ibu dan ayah akan mengerti, Minghao."

Wajah Minghao memucat saat menyadari sesuatu. "Hei! Tentang boneka beruang ini-"

That Autumn - Winwin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang