Suffocating

189 36 1
                                    

[23 oktober 2019]


"Kau tidak bisa menambah cuti-mu lebih lama lagi, Cha Eunwoo." Suara dari balik sambungan telefon itu terdengar dengan jelas karena Eunwoo yang tengah memasak memilih untuk menghidupkan pengeras suara.

Eunwoo berhenti mengaduk mi instannya dan terdiam. Ia tahu perkataan Younghoon benar. Jadwal pekerjaannya mungkin tidak seketat Jaehyun. Tapi tetap saja, izin selama hampir dua minggu tanpa alasan yang jelas bukanlah sesuatu yang bisa ditolerir oleh pihak manapun.

"Younghoon, aku.." Eunwoo menghela nafas, bingung harus mengatakan apa. "Boleh beri aku waktu beberapa hari lagi?"

Pihak yang berada dibalik sambungan telefon juga ikut menghela nafas namun dengan alasan yang berbeda. Sepertinya ia merasa frustasi. "Kau tahu aku tidak bisa melakukannya jika kau tidak mengatakan alasan yang jelas." Ia mencoba menjelaskan. "Semuanya bisa dibicarakan kalau kau mau menceritakan masalahnya, Eunwoo. Ada apa? Apakah ini tentang keluargamu?"

"Bukan, bukan tentang keluargaku." Eunwoo menyela cepat. "Aku hanya.." Eunwoo kembali menjeda kalimatnya. "Maaf, bisa kita bicarakan nanti? Aku akan menghubungimu lagi."

Menyerah, Younghoon akhirnya setuju. "Baiklah, aku akan memberimu waktu. Tapi jangan terlalu lama, Eunwoo. Atasan kita tidak akan senang jika mendengar pegawai terbaiknya terus absen tanpa keterangan yang jelas."

"Aku tahu." Eunwoo bergumam pelan lalu beranjak untuk mematikan sambungan telfon itu. 

Saat lelaki itu baru selesai mematikan kompor, sebuah suara terdengar menyapa indera pendengarannya.

"Kau sebaiknya pulang, Eunwoo."

Eunwoo sontak menoleh kearah belakang, wajahnya terlihat terkejut. Ia bahkan tidak menyadari sejak kapan Winwin sudah berdiri disana.

"Winwin, sejak kapan kau ada disana?"

"Sejak awal." Jawab Winwin singkat. Ia memasukkan kedua telapak tangannya kedalam saku celana lalu menatap datar kearah Eunwoo. "Jangan buang-buang waktumu untuk berada disini. Kau harus kembali dan menjalani hidupmu seperti biasa."

Eunwoo menggeleng, jadi Winwin memutuskan untuk bertanya.

"Kenapa kau tidak mau kembali? Kita sudah berada disini selama satu minggu lebih dan tetap tidak mendapatkan petunjuk apapun kan? Kau sebaiknya kembali, aku tidak mau kau dipecat hanya karena hal ini."

"Lalu bagaimana denganmu? Mingyu? Jaehyun?"

"Kami akan baik-baik saja disini tanpamu, Eunwoo. Mingyu tidak bilang padaku apa pekerjaannya, tapi yang pasti katanya aku tidak perlu khawatir tentang itu. Dan untuk Jaehyun sendiri, jadwalnya kosong karena grup-nya belum lama comeback. Miyeon dan Hayeon juga kan akan sesekali datang kemari."

Meninggalkan Jaehyun dan Winwin didalam sebuah ruangan tanpa pengawasan orang lain adalah hal terakhir yang ingin Eunwoo lakukan. Jika dilihat dari pertengkaran terakhir mereka, siapa yang bisa menjamin bahwa keduanya bisa menahan diri untuk tidak mencoba membunuh satu sama lain? Eunwoo tidak ingin mengambil resiko.

"Tapi—"

"Kau punya pekerjaan, Eunwoo. Pikirkan masa depanmu."

"Lalu kau sendiri bagaimana? Aku tidak ingin mengambil resiko jika kau kembali bertengkar dengan Jaehyun ataupun melakukan hal bodoh lainnya."

Winwin menyilang kedua tangannya didepan dada, tampak jengah dengan kekhawatiran Eunwoo yang ia rasa sudah terlalu berlebihan. "Aku tidak akan bertengkar lagi dengan Jaehyun. Kau pikir kami berdua itu apa? Anak berumur lima tahun?"

Eunwoo ingin mengiyakan namun akhirnya memutuskan untuk bungkam.

Memutar bola matanya malas, Winwin berbalik dan kembali masuk kedalam kamarnya. Meninggalkan Eunwoo sendirian.

Sekitar sepuluh menit setelahnya. Lelaki itu tiba-tiba menyadari sesuatu.

Winwin memang merespon perkataannya tentang kemungkinan bahwa dia bertengkar dengan Jaehyun, tapi temannnya yang satu itu sama sekali tidak menjawab ataupun merespon tentang kemungkinan bahwa ia akan melakukan hal bodoh tanpa pengawasan Eunwoo.

Eunwoo sangat berharap bahwa Winwin tidak akan melakukan hal bodoh dikedepannya, oh tidak, Eunwoo tidak menginginkannya. Dia tidak sanggup jika harus kembali merasa kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Eunwoo menyisir rambutnya kearah belakang. Ia tidak tahu apa yang harus dia perbuat sekarang dan hal itu membuatnya merasa frustasi.

Di satu sisi, dia ingin tinggal untuk ikut mencari tahu tentang alasan kematian Haneul yang sebenarnya. Terutama dengan keadaan Winwin yang terlihat seperti istana pasir saat ini—terlihat seperti akan hancur kapan saja.

Namun di sisi lain, perkataan Younghoon tidak bisa ia bantah.

Menyesakkan,
Semuanya menyesakkan.



•••
Suffocating in silence
beneath the weight of unspoken words
— Gunjan Arora
•••

That Autumn - Winwin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang