Sick

643 101 14
                                    

[9 oktober 2019]

———
+82 10-0710-9***
Wed, 9 oct 06.00

Aku dengar di China sedang ada kabut asap. Jaga kesehatanmu dan jangan memaksakan dirimu untuk keluar saat keadaan sedang memburuk. Aku tidak ingin kau jatuh sakit.
———

Winwin mematikan layar ponselnya setelah ia selesai membaca pesan masuk itu. Kepalanya berdenyut dan tubuhnya mulai bergerak dengan tidak nyaman dari tempat tidurnya. Ia mencoba bangkit dari posisi tidurnya namun karena denyutan di kepalanya yang tak kunjung membaik, lelaki itu pun kalah dan kembali jatuh tertidur.

Lelaki itu baru kembali membuka matanya saat mendengar seseorang membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Winwin! Kau belum mati kan?!"

"Ck, diamlah. Jangan membuat kepalaku semakin berdenyut karena suaramu, Minghao."

"Kau sakit?"

"Tidak. Jadi enyahlah dari kamarku."

Mengebaikan nada sinis dari Winwin, Minghao melangkah mendekati tempat tidur lelaki itu dan menempelkan punggung tangannya ke dahi temannya itu.

"Kau seorang dokter dan kau bahkan tidak menyadari bahwa kau sedang demam." Ujarnya khawatir. "Apakah ini karena kau terlalu memaksakan dirimu kemarin? Ya Tuhan, aku jadi merasa bersalah karena telah memintamu pergi untuk menggantikanku."

"Aku baik-baik saja."

Minghao mendesis. "Baik your ass. Kau sedang tidak baik-baik saja. Demammu cukup tinggi dan kau tidak akan pergi kemanapun sebelum suhu badanmu turun."

"Aku masih harus ke rumah sakit untuk mengurus izinku." Yang dibalas dengan delikan dari temannya itu. "Yiyang akan mengurus semuanya. Memangnya kau pikir kau bisa mengikuti perjalanan jarak jauh dengan keadaan seperti ini? Jangan bermimpi, bung."

Winwin menggeram rendah. "Lagipula apa yang kau lakukan di kamarku pagi buta begini?"

"Sekarang sudah jam 7 malam jika kau lupa."

Winwin membelalakkan kedua bola matanya. Bukankah sesaat yang lalu jam masih menunjukkan pukul 6 pagi?

"Kau tahu, beruntung aku dan Yiyang selalu memperhatikanmu. Coba kalau kau tidak memiliki kami, kau pasti sudah terkapar tidak bernyawa dalam waktu dekat karena tidak ada siapapun yang mengetahui keadaanmu."

"Aku tidak akan mati semudah itu."

Minghao menatap masam kearah tetangganya itu. "Kau benar-benar keras kepala."

"Aku tidak keras kepala." Elak Winwin.

"Ya, kau keras kepala. Sekarang berhenti menyangkal dan cepat makan buburmu." Ucapnya sembari menyodorkan sebuah mangkuk padanya.

Winwin menerima mangkuk itu dengan tangan gemetar. Sepertinya tubuhnya benar-benar melemah. Ia tersentak saat menyadari bahwa mangkuk itu terasa hangat digenggamannya.

"Kau memasakkannya untukku?"

"Jangan terlalu percaya diri. Kalau aku saja tidak mau memasak untuk diriku sendiri, kenapa aku harus repot-repot memasak untukmu?" Dengusnya. "Yiyang yang memasaknya."

That Autumn - Winwin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang