Awang-awang menenang dengan biru rancu jingga yang gak terlalu menyala. Selain itu ada merah muda, ada udara, lalu ada aku tanpa dia. Bertepatan Lucas izin pamit karena kelas, Dejun minta ketemu. Katanya ada yang mau dia bahas.
"Eh, sumpah besok?"
"Ya iya, besok."
Dejun ngacak rambutnya frustasi.
"Ya lu lagian kenapa gak masuk sih?"
"Lupa." jawabnya enteng.
Ada, ya? Lupa kelas?
"Terus sekarang gimana? Ppt lo outlinenya dah ada 'kan?" tanyaku.
Dejun diem sebentar, lalu dia natap aku. Dia ngusap tengkuknya,
"Belom hehe..."
🌻
Dua cangkir teh madu di meja ruang tamu serta tamu kurang ajarku. Dejun maksa minta bantuin aku kerjain pptnya. Presentasinya besok, kelas pagi. Kurang bego apa dia ini?
"Udah apa ya? Gini doang?"
"Udah gitu aja, tar dapet D paling." kataku, Dejun natap aku pasrah.
"Kalo dosennya bukan dia gak akan gini ceritanya,"
"Dejun ini, temen ketemu kuliah?"
Aku dan Dejun noleh ke arah Mama yang datang ke ruang tamu. Puding susu, diatas baki kayu kebanggaan beliau dari dulu. Antik, mahal! Katanya.
"Iya, Tante."
"Ini, sambil kerjain tugas sambil nyemil biar bisa mikir." beliau naruh dua puding susu diatas meja.
"Makasih Tante, saya jadi ngerepotin."
"Iya, ngerepotin. Makanya kerjain dari kemarin-kemarin!" kataku.
"Sshhh!" ini Mama.
Dejun cuma ketawa pelan, "Janji gak lagi..."
"Lagi juga gak apa-apa, sering-sering aja main kesini gak harus ngerjain tugas aja. Anaknya emang galak tapi kalo udah kenal gak akan," kata Mama.
Apa sih? Aku kayak barang yang lagi ditawarin ke orang tau gak? Sebagai jawaban, Dejun cuma ketawa dan langsung fokus ke tugasnya. Mama ini apa sih ngomongnya, sampe 'gak harus ngerjain tugas aja' juga udah cukup kok gak usah pake kalimat lain.
Mama berdiri lalu beliau jalan keluar, aku perhatiin apa yang beliau lakuin. Tapi mama cuma keluar, dia seolah cari sesuatu lalu masuk lagi kedalam rumah.
"Nyari apa?" kutanya.
Mama cuma nggeleng lalu dia bilang,
"Dejun kalo laper bilang ya, makan disini biar pulang nanti gak laper."
"Makasih, Tante."
🌻
"Thanks euy sistur."
Antariksa berubah legam, rembulan belum muncul di permukaan. Tapi disini terang karena cahaya dari lampu di halaman rumah dengan warna kuning menyala semi oranye.
"Eh janji ya lo jangan dateng lagi kesini kalo buat ngerjain tugas doang!"
"Iye, bawel." Dejun berdiri. "Kalo ngapelin lo boleh berartiㅡAkh!" Dia mundur dan sedikit bungkuk setelah kuhantam tipis perutnya.
"Ngomong sekali lagiㅡ"
"Enga, nga, nga gue lupa lo ada cowok." potongnya. "Solo player mulu sih keliatannya."
Wah kurang ajar dia, dia aja yang gak pernah lihat aku sama Lucas.
"Eh si Lucas tuh suka main band gak sih?"
"Gak tau, kenapa gitu?"
"Gimana sih, pacar kok gak tau?"
"Emang gak tau! Emang kenapa?" ulangku.
"Kemaren gue ke studio ada dia tapi sama si Dery gitu. Dah ah balik ya gue,"
"Yo."
Setelah mobilnya maju bersamaan bunyi klakson, aku masuk kedalam rumah. Ada Renjun lagi nonton tv sambil main hp, a Winan belum pulang.
"Cowok lo, teh?" tanya Renjun.
Aku nggeleng, "Cowok apanya,"
"Oh cowok lo bang Lucas 'kan ya?"
Bertepatan Renjun bilang begitu, Mama keluar dari kamarnya.
"Nah gitu dong, temenannya sama yang kayak Dejun."
'Sama yang kayak Dejun' maksudnya?
"Maksud mama?"
"Tadi dia kesini pake mobil 'kan?"
Oh! Tadi mama waktu ke teras setelah naro pudding di meja itu dia mastiin Dejun datengnya pake apa, kendaraan apa yang Dejun pake. Aku ngerti.
"Mama liat sendiri 'kan?" tanyaku balik.
"Iya, tapi gak jelas. Pake mobil apa dia?" tanya beliau.
Astaga, aku gak percaya ini.
"Angkot."
Setelah jawab beliau aku pergi ke kamar. Sebelum betul-betul masuk ke kamar aku dengar Renjun ngomong gini,
"Jangan suka nanya kayak gitu Ma, gak enak didengernya."
Makasih, Renjun!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kalau mau sama mereka bilang, nanti aku tanyain mereka dulu