((((kalau musiknya berhenti, putar
lagi saja sampai 700 kali))))🎶
Hari ini,Esok dan Seterusnya/HES
Nirina ZubirBerhari-hari kujalani dengan riuh isi hati, seperti ada yang mengganjal tapi gak bisa kuutarakan, kesal. Berhari-hari juga salah satu diantara kami gak ada yang mencoba menghubungi. Kalau kau tanya kenapa, alasanku adalah aku gak mau menghadapi kenyataannya kalau-kalau aku yang salah. Padahal selama ini rasanya aku selalu jadi diri sendiri kalau dengannya tapi kenapa kali ini gak bisa.
"Teh?" bersamaan pintu dibuka, si Njun nongol dibaliknya.
"Ketok dulu ah!"
"Tuh ada tamu!" katanya.
"Saha?"
"Temennya si Aa bukannya lu kenal dah?"
Aduh! Betul, yang terlintas di kepalaku cuma satu nama saat itu. baik aku baik si Njun sama-sama belom mandi, katanya si Njun sakit hari ini.
"Lo bukannya sakit?"
"Emang sakit."
"Terus ngapain bisa keluar kamar-"
"Gue sakitnya bukan lumpuh, Teh."
"Ck, gak gitu maksud gue."
Mau gak mau aku bangkit.
"Kenapa gak lu aja, sih?!" kutanya.
"'Kan lagi sakit."
"Emang sakit apa?"
"Sariawan."
"Belegug!"
Aku keluar kamar dan langsung menuju pintu yang sudah dibuka. Sampai di pintu benar saja, kulihat Bayu duduk dikursi teras rumah. Sesaat setelah aku menampakan diri, Bayu berdiri.
"Udah siap?" tanyanya.
"Hah?"
"Eh? Winan ngobrol gak?"
Entah apa yang ada di kepala A Winan saat itu, karena katanya dia dan Bayu mau pergi ke suatu tempat, mereka mau ajak aku.
"A Bayu kenapa gak ngasih tau Anya dulu?" kutanya dia begitu.
Dia kelihatan sedikit bingung tapi tetap jawab, "Kirain Winan udah ngobrol ke Anya. Kata Winan Anyanya jemput aja di rumah."
Ah, bangsat! Pantesan tadi pagi A Winan nanya,
"Gak kemana-mana Teh hari ini?"
Kujawab enggak karena aku memang gak punya rencana pergi. Kalau sudah kayak gini mau bikin alasan apa juga aku bingung sendiri.
"Tapi kalo Anya ada urusan ya udah gak apa-apa, sayaㅡ"
"A Bayu nunggu gak apa-apa? Soalnya Anya belum mandi."
Entah aku salah lihat, entah memang iya, terang-terangan mata Bayu mendadak berbinar.
"Iya, gak apa-apa. Ditungguin, abis ini baru jemput Winan."
"Oke."
"Oke."
Aku siap-siap dengan perasaan yang tidak merasa senang, tidak juga merasa sedih. Hambar, meski aku sebetulnya gak mau ikut dengan mereka berdua tapi rasanya kalau aku ikut juga gak ada salahnya.
"Kenapa katanya?" tanya si Njun setelah aku selesai siap-siap dan keluar dari kamar.
"Gak tau lah gak jelas, mau jemput gue katanya."