Pulang sekolah hari ini terasa sangat panas. Radit tadi sedang 'sedikit' berbaik hati membelikan minuman dingin untuknya saat mereka bertemu pulang sekolah di alfamart tadi.
Walaupun laki-laki, kakaknya itu sangat perhitungan sekali.
Rambutnya sudah lepek, Weni akan mandi dan keramas sekarang.
Saat menuju kamar mandi, melihat pintu terkunci dari dalam, dirinya menggeram. Selaluuu saja!
"BANG NGAPAIN?!" teriak Weni. Jika hanya diketuk saja, kakaknya ini akan pura-pura budeg.
"APEEE?!" jawabnya juga sewot.
Sambil menggedor pintu, "GUE MAU MANDII! BURUAN KELUAR!" paksanya.
Tak ada sahutan dari dalam.
"Ini kenapa sih pada teriak-teriak?" suara bunda dari dalam kamar dengan nada sabar yang dipaksakan. Terbiasa dengan suara-suara teriakan anaknya membuat bunda selalu menahan napas sabar.
Weni menggembungkan pipi bulatnya, "bang Radit kalo eek tuh lama bundaaaa," rengeknya.
"Woy ini gue lagi ngegame!" teriak Radit dari dalam.
Bunda mendelik, "Abang ke kamar mandi ngapain bawa hp ya ampun joroknya anak laki!" marah bunda.
"Ini juga sambil kerjain tugas bunda!" teriaknya tapi tak sekeras tadi.
Weni mendelik, "bohong itu pasti bunda. Abang gak pernah kerjain tugas," adunya.
Bunda mengehembuskan napas lelah saja dengan kelakuan mereka. Menoleh saat pintu dibuka dengan diiringi ucapan salam.
Affan pulang.
Di samping kuliah, Affan kini membuka jasa les untuk para anak sd anak kelas 1 sampai 5. Juga bantu-bantu Om Farhan untuk mengolah data kantornya. Oh ya, Affan juga buka jasa desain grafis di rumah. Lumayan untuk uang saku juga sedikit-sedikit nyicil motor di dealer.
Affan mencium tangan bunda. Ia sempatkan juga mengacungkan tangan pada Weni. Weni nurut saja untuk mencium tangan si sulung.
"Uuuu apa itu?" Weni menyentuh plastik kresek hitam yang entah apa isinya.
Affan tersenyum.
"Martabak. Mau?" tawarnya.
Weni mengangguk antusias. Lalu mengikuti Affan yang menuju meja makan. Bunda juga ikut ke meja makan.
Affan membuka plastiknya dan mengeluarkan kotak persegi panjang warna biru itu. "Waahhhh enak nih rasa red velved," lalu mencomot satu potong yang paling besar.
"Duduk," perintah Affan. Weni segera duduk di sebelahnya. "Tangannya bersih nggak itu?" tanyanya.
Weni menoleh dengan martabak sudah di mulut siap dikunyah. Lalu mengangguk tak yakin. Affan hanya melihat kecil saja.
Bunda menuangkan air putih dan diberikan pada si sulung. "Katanya Una kena tifus bang? Bener ya?" bunda menanyakan gadis kecil murid lesnya Affan sekaligus tetangganya.
Affan meminum air putih sambil berterima kasih pada bunda. Mengangguk kecil, "iya bun. Tadi ibunya ngabarin Affan. Una di rumah sakit," bunda mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIRIUS STARS
Teen FictionBerjalan mengendap-endap pada samping ruang alat musik. Mendengar sesuatu yang sangat asing bagi kupingnya. Tak sadar ada laki-laki tinggi yang baru saja beli jajan tahu sambel di kantin Mak Nah. Mendelik, "He ngapain lo kayak cicak nemplok di temb...