#20 Berhadapan Dengan si Tengil

14 1 0
                                    

Dengan lesu, Reno memasuki gudang peralatan. Disuruh Pak Broto untuk mengambil 4 mesin las. Jadi tadi dia menggeret satu teman kelasnya untuk membantu membawakan.

"Ren buruan lelet amat," omel temannya yang sudah sampai depan pintu melihat Reno masih menyenderkan kepala pada pilar. Wajahnya itu loh, seperti orang yang meminta recehan.

Reno mendengus. Lalu turut ikut masuk gudang.

Keduanya menuju rak paling bawah. Mengeluarkan satu persatu mesin las di kolong rak.

"Kok lo diem nyet," protes Reno karena temannya malah diam menunggu.

"Tangan gue pendek neh. Nggak nyampe, jadi lu aja," ucapnya memerintah. Reno memutar kedua mata malas. Benar juga, temannya itu memang pendek.

Setelah Reno mengeluarkan 4 mesin las itu, keduanya segera membawa mesin itu ke ruang praktik menggunakan angkong  khusus yang disediakan untuk membawa alat-alat praktik berat.

Temannya Reno membawa tiga mesin las dengan angkong, sedangkan ia membawa satu yang ia tenteng dengan kedua tangan.

Saat sampai di belokan lab komputer, dirinya tersentak mendapati Radit sedang berjalan dengan santainya sambil mengobrol dengan temannya, yang ia tahu namanya Koko.

Reno menajamkan pandangan begitu saja. Mata kecilnya seperti mengeluarkan efek api-api pada aplikasi selfie.

Yang ditatap?

Tidak ngeh sama sekali karena temannya-Koko-malah asik bercerita tadi bertemu adik kelas cantik sekali. Radit kan jadi tertarik?

Setelah berpapasan, Reno menggeram kesal sekali. Kok Radit sih?!

Setahunya, Radit itu nggak pernah gandeng cewek smk. Apalagi adik kelas?!

Dari gosip-gosip para lelaki yang ia tahu, Radit lebih menyukai gadis kuliahan. Katanya lebih mantab dan jos. Dari gosip para lelaki yang ia tahu lagi, Radit pernah gandeng cewek bohai dari Univ Gadjah Mada.

Fyi, tak hanya para cewek, cowok-cowok di sini pun senang menggibah.

Ada yang gandeng cewek cantik dikit, langsung diomongin sama mereka. Entahlah apa motiv dari semua itu.

Dan Reno, kadang juga ikut gibah.

"WOI ANJER REN!" teriak teman Jeno yang sudah sampai depan pintu praktik mengelas. Tadinya dia sudah masuk dan menaruh alat mesinnya, tapi menyadari oknum partnernya tak ada dia kembali melongok ke luar kelas.

Reno tersentak kaget. "Kok lo ninggalin gua?!" omelnya sambil beranjak dengan mesin las masih di tangan.

"Lo ngapa sih? Putusan ya?" celetuk temannya tak berdosa.

"Eh ya, lupa. Kan nggak punya pacar," katanya sedikit lebih keras. Reno mendelik marah. Temannya itu sudah masuk ruangan dengan tawa menyebalkannya itu.

Oh, Dewi Fortuna. Kapan Reno punya pacar?!...

***

"Lo putusan sama Siska Kohl?" tanya Koko bego kepada Radit yang sedang kepanasan makan cilok DNS. Mulutnya mangap-mangap karena tak sanggup menahan panas.

"Halah Radit mah seupil Siska Kohl nggak ada apa-apanya, masa mau jadi pacar idih. Cocok noh jadi supirnya," celetuk Bagus dengan santainya, tapi jarinya bergerak cepat mengetik pada aplikasi chat. Pacar ke-duanya sedang ngambek karena tadi dia tidak mengabari.

"Dah pernah pegang Dit?" tanya Koko ambigu juga. Radit mengacungkan jempolnya ke atas.

Koko bertepuk tangan kagum. Radit  tersenyum jumawa bak raja yang telah memakmurkan seluruh dunia dan isinya.

Mereka masih membicarakan Siska-siska mantan pacar Radit itu. Entah apa saja yang mereka bahas tapi sepertinya tidak layak untuk dibahas.

Skip.





Reno dan teman-teman datang memasuki kantin. Memilih duduk di belakang tiga orang yang sedang membahas wanita tanpa berniat menguping.

"Bakso ama jeruk anget," ucap Reno saat Doni bertanya.

Eja yang tadi memang mau beli es serut langsung ngacir pergi. Kini Reno tinggal sendiri.

Mengedarkan pandangan bosan menatap kantin.

Ah, ya.

Gadis itu di mana ya? Kok dari pagi belum bertemu. Ya setidaknya berpapasan lah. Reno jadi membuka aplikasi chat untuk melihat apa gadis itu online atau tidak.

Online.

Kira-kira ia harus chat apa ya untuk membuka topik?

Gini nih, kalau tidak pernah deketin cewek. Kaku kaya kanebo kering.

Tanpa sadar bibirnya maju sedikit dengan menopang pipi tirusnya. Bibirnya mendecak-decak sebal.

Ini tuh kesempatan paling bagus. Waktu istirahat juga sama-sama online. Tapi lebih bagus lagi kalau ketemu nggak sih? Tapi kan belum pdkt, masa main ajak. Nanti dia ilfeel.

Menghembuskan napas lelah, dirinya memilih membalikkan smartphone hitamnya. Menyugar surai hitamnya kesal.

Mengedarkan pandangan mencari apakah ada yang menarik. Saat melirik ke depan, seseorang itu juga tengah memeperhatikannya dengan raut wajah sama-sama datar.

***

SIRIUS STARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang