03

52.9K 6K 766
                                    

“Hei ... sedang apa?”

Suara berat itu mengganggu lamunan Jihye. Buru-buru menyeka air mata yang sudah membasahi seluruh wajahnya, lalu menoleh dan mendapati pria memakai jaket kulit dan jins sobek.

“Kak Taehyung, kau mengagetkanku!” Jihye tertawa sumbang, lantas menggeser pantat untuk memberi ruang pada Taehyung.

Taehyung duduk di sebelah Jihye. “Malam-malam begini ... apa yang kau lakukan? Tidak bersama Jungkook?”

Jihye menggeleng, lantas menunduk. “Dia sedang sibuk,” jawabnya.

Berapa ratus per hari Jihye berbohong pada orang-orang jika sudah menyangkut nama Jeon Jungkook?

Taehyung mengangguk, lekas melepas jaketnya. “Pakai ini untuk menutupi pahamu,” katanya. Jihye mendongak, menatap bingung. “Kau memakai celana sependek itu, Jiy. Aku tidak menjamin pria-pria mabuk di sana tidak menggodamu.”

Jihye menoleh ke arah yang Taehyung tunjuk, kemudian tertegun dan merebut jaket Taehyung.

“Kak Taehyung menakutiku!”

Taehyung terkekeh, lantas mengacak surai cokelat Jihye. “Aku bicara fakta. Lagi pula, seharusnya Jungkook menjagamu dan melarangmu berkeliaran malam-malam. Ini sudah jam sepuluh, omong-omong.”

Tersenyum kikuk, Jihye lekas menggaruk tengkuk. “Aku bosan di rumah, Kak.”

Taehyung mengangguk sebagai tanggapan. “Ke sini naik apa?”

“Mobil.” Jihye menunjuk mobil sedan yang terparkir di depan minimarket seberang taman yang ia pijaki.

“Pulang sana. Aku bisa menelepon Jungkook dan mengadukan padanya bahwa calon istrinya sedang keluar sendirian.”

“Kak!” Jihye mengerucutkan bibir. “Aku hanya bosan di rumah saja, kok!” katanya membela diri.

Toh, Jungkook juga tak akan peduli sekalipun Jihye tidak pulang ke rumah atau tidak mengabari pria itu.

Jihye bangkit dari bangku taman, kemudian melilitkan jaket Taehyung untuk menutupi pahanya.

Ya, sejak pertengkarannya di apartemen Jungkook, wanita itu memilih pulang tanpa berpamitan pada sang mama mertua.

Dia menghabiskan waktu di mal, dan berakhir di taman karena mal sudah nyaris tutup.

Taehyung mengekorinya dari belakang; memastikan Jihye baik-baik saja saat melewati segerombolan pria mabuk di dekat minimarket.

Usai mencapi mobil, Jihye tersenyum. “Terima kasih, Kak Tae,” ujarnya sebelum membuka pintu mobil.

“Lain kali, jangan keluar sendirian kalau sudah malam, Jiy. Kau bisa menghubungiku jika Jungkook sibuk.” Taehyung berkata sembari menyelipkan surai Jihye ke belakang telinga.

Jihye termangu sejenak. Kedua tangannya meremas ujung jaket Taehyung.

Wanita itu jadi berandai-andai bahwa di depannya saat ini adalah Jungkook—bukan Taehyung.

“Sudah, Jiy. Masuk mobil. Aku akan mengikutimu dari belakang dan memastikanmu selamat sampai rumah.”

Belum sempat Jihye menolak, Taehyung sudah mendorongnya masuk dan menutup pintu mobil, sedangkan Taehyung berlari kecil ke arah motor ninjanya yang ia parkirkan di tepi taman.

Tiga menit menunggu Taehyung, Jihye lalu menginjak pedal gas manakala pria itu mengetuk kaca mobilnya; memberi kode bahwa Jihye harus jalan.

Membelah jalanan, Jihye tak berhenti melirik spion tengah. Maniknya melihat samar wajah Taehyung, kemudian menggigit bibir karena mengingat segala kebaikan pria itu.

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang