30

46.4K 4.8K 266
                                    

Menyingkirkan lengan kekar yang melingkari pinggulnya sejak empat jam lamanya. Jihye bergegas menuruni ranjang dan membawa mangkuk serta gelas kosong untuk ia kembalikan ke dalam dapur. Sejemang, wanita itu menyematkan seulas senyum tipis sebelum membuka pintu kamar lantas menuruni anak tangga.

Hari barunya akan dimulai hari ini—meskipun tak benar-benar baru sebab ia pernah menjalin hubungan yang sama dengan Jungkook sebelumnya. Tangannya dengan telaten membuang sisa bubur ke dalam tempat sampah, berikutnya ia mulai mencuci mangkuk serta gelas kotor bekas Jungkook. Selesai dengan itu, Jihye ikut mengambil bubur buatannya untuk mengisi perutnya yang mendadak berbunyi karena belum makan sejak berakhirnya makan malam pukul delapan kemarin bersama Taehyung.

"Aku sungguh-sungguh akan melakukannya?" monolognya seraya berjalan ke arah ruang makan dan duduk di salah satu kursi kosong. Apartemen Jungkook sudah sepi sekarang. Hanya ada suara denting dari sendok dan mangkuk yang saling bertabrakan sebab Minjae barangkali telah terlelap di dalam kamarnya.

Jihye meraba saku celananya dan menemukan ponselnya di sana. Wanita itu meraih benda pipih tersebut, lalu mendapati beberapa pesan dari Taehyung yang dikirimkan tiga jam silam. Sambil menyuap bubur ke dalam mulut, Jihye lekas membuka pesan tersebut satu persatu dan menghentikan kunyahannya manakala membaca seluruh isi pesan.

Sejujurnya, Jihye terganggu dengan salah satu pesan yang tiba-tiba membuat kepalanya pening. Belum ia mengambil napas banyak dan membalas pesan itu, Jihye mendengar suara pintu kamar dari lantai atas yang terbuka. Jihye sontak menelan buburnya dan beranjak dari kursi manakala menemukan presensi Jungkook yang tengah menahan bobot tubuhnya dengan memegangi pembatas besi pada anakan tangga.

"Kau kenapa keluar?" tanyanya khawatir sesaat setelah mencapai posisi Jungkook. Jihye membantu Jungkook berjalan—bukan ke lantai bawah, tapi mengembalikan pria itu ke dalam kamarnya. "Kau harus banyak istirahat. Tidak ingat berapa suhu badanmu?! Kau mau membuatku kerepotan kalau tiba-tiba pingsan?"

"Aku ingin menyusulmu," jawabnya parau. Jungkook kemudian menduduki ranjangnya dan merebahkan tubuhnya yang lemas. "Jangan tinggalkan aku." Memutar bola mata, Jihye hanya menjawab dengan anggukan seraya menaiki ranjang dan mengambil posisi setengah berbaring sedang ia biarkan Jungkook memeluk perutnya.

"Aku tidak bisa menginap." Jihye berbicara setelah merasa telinganya berdengung lantaran tak ada suara yang mengisi selain suara deru napas Jungkook yang terdengar berat. "Papa dan mama pasti akan mencariku kalau aku belum pulang juga," imbuhnya tatkala manik kembarnya saling melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Hanya sehari?" Jungkook berusaha menawar seolah ia tak ingin jauh-jauh dari Jihye setelah sepekan lebih wanita Park itu lenyap tanpa kabar dan membuatnya terjatuh sakit—kendatipun balasannya tak sebanding dengan rasa sakit yang Jihye rasakan.

Jihye menggeleng. "Tidak bisa. Papa dan mama cuma memilikiku. Mereka betul-betul akan cemas kalau tidak menemukanku di dalam kamar pagi ini." Jihye menjawab kemudian. Tangannya mengusap hangat kepala Jungkook bermaksud agar usapannya dapat membantu Jungkook terlelap dengan cepat. "Tidurlah. Aku harus segera menyelesaikan makanku dan pulang." Setelahnya tak ada jawaban dari Jungkook. Jihye menunduk guna melihat apa yang tengah Jungkook lakukan, lalu menghamburkan napas lega ketika mendapati Jungkook sudah tertidur begitu cepat.

"Tidurmu cepat sekali." Jihye bergumam dan merapikan rambut panjang Jungkook sebelum turun dari atas ranjang. Wanita itu lantas menaikkan selimut hingga menutupi sebatas leher Jungkook, tak lupa menutup tirai balkon yang tersingkap. Kepalanya mendongak untuk melihat tiga lampu kamar Jungkook yang menyala, kemudian mematikan dua saklar lampu. "Cepatlah sembuh," katanya lalu menutup pintu dan kembali turun untuk menghabiskan sisa buburnya.

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang