"Aku hanya pergi sebentar. Ada urusan di kantor yang harus kuselesaikan." Jungkook menatap Jihye yang menatapnya seolah berkata 'jangan pergi'. Kedua tangan wanita itu memegang erat satu lengan Jungkook yang berbalut jaket. Pria itu lantas menghela napas dalam dan tersenyum. "Tidak akan lama, janji. Lagi pula, aku tidak memakai jas, Jiya ... aku cuma mengambil satu berkas untuk keperluan meeting dua hari lagi."
Dengan sangat berat hati, setelah memanyunkan bibir dan membuat pipinya kian bulat, Jihye kemudian melepas lengan Jungkook dari genggamannya. "Bawakan aku es krim yang banyak," katanya.
Jungkook mengacak surai wanitanya. "Baiklah. Apa lagi?"
"Fish cake! Yang isi keju!" jawabnya riang manakala kembali mengingat kue ikan berisi lelehan keju yang ibunya belikan di supermarket. "Jangan pelit-pelit," timpal wanita itu sebelum mengerjap polos.
Jungkook mengacungkan kedua ibu jarinya. "Siap, Nona. Kalau begitu ... aku pergi, ya. Jaga dirimu. Jangan membuka pintu utama kalau kau tidak mengenalnya."
Kepalanya hendak mengangguk, namun terhenti saat melihat Jungkook melangkah keluar dari kamarnya. Jihye dengan ragu mencekal pergelangan tangan Jungkook, lalu menggigit bibir bawahnya. "Kak Jung ... apa aku tidak boleh ikut? Aku tidak mau sendirian." Belum genap Jungkook membalas, Jihye sudah lebih dulu menjelaskan, "Sebenarnya kemarin ada maling yang masuk ke rumah tetangga. Aku takut kalau—"
"Kau bicara apa, sih? Tidak akan ada maling yang masuk ke dalam rumahmu. Ada dua penjaga di pagar rumahmu, Jiya."
"Tapi 'kan tetap saja!"
Pria itu tersenyum, lantas melirik jam dinding yang terletak di kamar Jihye. "Aku janji tidak akan lama. Tepat pukul dua belas siang aku akan kembali lagi. Lagi pula, aku sudah berjanji pada mama dan papa tadi pagi untuk menjagamu. Kau dengar apa yang aku katakan di bandara, bukan?"
Jihye pada akhirnya mengangguk dan mengantar Jungkook ke pintu utama. Wanita itu berdiri di ambang pintu sembari menatap kepergian Jungkook dan mobil sedannya.
Sejemang, Jihye menunduk saat telapak tangan kirinya mengusap perutnya yang sedikit lebih besar dari sebelumnya. "Mama janji akan menjagamu!" bisiknya. Senyumnya mengambang ketika kepalanya membayangkan jika ia benar-benar akan menjadi mama dan istri sekaligus. "Mama tidak sabar menantimu."
Wanita Park itu bergegas menutup pintu utama. Akan tetapi, manakala tangannya hendak bergerak mendorong pintu, maniknya tanpa sengaja menangkap mobil sedan berwarna merah yang memasuki halaman rumahnya.
Wanita itu mengernyit lantaran tidak pernah melihat mobil tersebut. Namun, saat sang pemilik mobil keluar dari sana, Jihye kemudian tersenyum kikuk dengan telapak tangan mengusap tengkuk. "Woah, Kak Tae ... ada apa datang kemari?"
Taehyung melangkah mendekati Jihye. Manakala pria itu melangkah kian dekat, Jihye sontak melangkah mundur untuk menghindari Taehyung yang kini menutup pintu utama. Tatapan pria itu mengarah lurus dan dalam pada manik Jihye. Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana.
"Hai, Princess ... bagaimana kabarmu?"
Jihye menelan saliva susah payah. Apabila Taehyung menunjukkan ekspresi seperti biasanya yang selalu tersenyum dan berkata dengan nada manis, Jihye pasti akan segera menjawab. Akan tetapi, kali ini Taehyung terlihat mengerikan dan nada bicaranya mengalun dingin.
Jihye terpaksa menghentikan langkah ketika satu lengan Taehyung menahan punggungnya. "B-baik. Seperti yang Kak Tae lihat. B-bagaimana dengan Kak Taehyung?" Jihye balik bertanya dengan terbata-bata.
Taehyung tersenyum miring, lalu menjilat sudut bibirnya dan membuang muka untuk beberapa detik. "Apa aku terlihat baik-baik saja, Cantik? Atau ... haruskah aku merebut sedikit kabar baik-mu agar aku juga terlihat baik? Begitu? Apa kau setuju dengan ideku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance ✓
Fanfic[COMPLETED] "Aku menyerah. Selamat tinggal." Adalah kalimat terakhir yang keluar dari bibir tipis Park Jihye sebelum melangkah meninggalkan Jeon Jungkook yang mematung di ruang kerjanya.