21

46.9K 5.3K 679
                                    

Denting sendok dan garpu yang saling bertubrukan, serta didukung oleh piring menjadi suara satu-satunya yang mendominasi ruang makan.

Jihye memakan sarapannya dengan tenang. Sama halnya dengan sang papa dan mama yang juga membisu sambil terus menggerakkan mulut untuk menghancurkan makanan.

Jika di dalam diam kedua orang tuanya adalah menikmati, lain dengan Jihye yang tak berselera lantaran satu masalah datang dan membuat kepalanya nyaris pecah sebab ia harus mengingatnya terus-menerus.

Seharusnya seminggu yang lalu tepat enam bulan pertunangan mereka. Tidak lupa dengan janjinya sendiri, Jihye mestinya memutuskan untuk menyerah dan membatalkan tunangan mereka dengan cincin cantik yang juga harus ikut dilepas.

Akan tetapi, Jungkook mendadak memberi kabar bahwa pria itu ada pertemuan perusahaan di Daegu selama tiga hari—juga mengambil waktu empat hari untuk berlibur.

Tidak. Jihye sudah memantapkan hati, tentu saja. Ia telah meyakinkan dirinya bahwa ia memang benar-benar akan baik saja tanpa adanya Jungkook di kehidupannya. Apalagi soal pernyataan pria itu beberapa waktu lalu di wisata kuliner yang berhasil mematahkan cinta Jihye.

Jihye tidak pernah merasa bodoh. Setidaknya, wanita Park tersebut telah memperjuangkan cintanya meskipun tak mendapatkan hasil apa-apa selain rasa sakit. Bangga dengan apa yang ia perjuangkan—sebab tidak akan pernah ada wanita yang tulus mencintai pria bajingan seperti Jungkook. Jihye yakin sekali.

"Apa rencanamu pagi ini, Jiya?" Mama bertanya setelah menelan makanannya, membuat Jihye lekas mendongak dan menatap ke depan; tepat di mana sang mama duduk.

Jihye berpikir sejenak. "Mungkin menemui Kak Taehyung. Dia berjanji akan mengajak Jiya menonton film bioskop siang ini," jawabnya antusias—berusaha menutupi kegelisahan di dalam kepalanya.

Sang mama tentu ikut merespons dengan antusias. Kim Taehyung sudah termasuk pada kriteria menantu terbaik, pun sudah masuk ke hati Mama Park sejak Taehyung pertama kali berkunjung untuk menemui Jihye.

Namun, bukan hanya itu saja. Semenjak mama mengetahui ada yang salah dalam hubungan pertunangan sang anak—terlebih Jeon Jungkook lah akar masalah tersebut, mama tidak pernah kembali menyukai Jungkook. Sama sekali tidak.

Pertanyaannya adalah; kenapa tidak bercerita kepada suaminya bahwa Jihye ditunangkan dengan pria yang salah?

Sang mama tidak pernah melarang apa yang Jihye ingin lakukan. Ditambah wanita itu teramat mencintai Jungkook, membuat mama hanya bisa pasrah dan berdoa agar semua baik-baik saja.

"Kau akan menikah, Sayang ... berhentilah pergi berdua dengan Taehyung. Papa tidak menyukai itu," timpal sang papa saat sebelum merapikan dasi kerjanya.

Tersenyum paksa, Jihye lekas menanggapi, "Pa, we're just friends. Percayalah, Kak Taehyung pria yang baik."

"Yang baik belum tentu menjadi yang terbaik."

Baiklah, Jihye kalah. Tidak ada yang tahu apa takdir yang akan menemui kita ke depannya. Sang papa tidak salah jika mengeluarkan pendapat tersebut, sebab tak sedikit orang yang bahagia dengan apa yang dulu menyakitinya.

Mari kita ibaratkan dengan obat yang pahit di awal, namun menyembuhkan di akhir. Atau es krim yang manis di awal, lalu menyakitkan di akhir.

Meskipun Jihye tahu tidak semuanya berakhir baik. Jungkook maupun Taehyung, Jihye tidak akan percaya lagi pada satu pun pria saat ini.

Jihye selalu berbicara pada cermin. Memandang pantulan dirinya yang mengaku menawan, tapi menyedihkan. Jungkook masih mencintaiku. Entah kenapa, benaknya selalu berkata demikian usai Taehyung bercerita padanya tentang perasaan Jungkook yang sesungguhnya.

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang