16

50K 5.6K 2.4K
                                    

Jungkook memijat pelipisnya semenit setelah pintu kayu ruangannya tertutup, dan presensi wanita cantik Park itu menghilang dari pandangan.

Rahangnya mengeras, menatap Minjae yang tengah menghapus sisa bulir air mata di pipinya.

“Sejak kapan mulutmu berubah rendahan, Minjae-ya?”

Pria itu menatap datar. Satu tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana mengepal kuat.

Jungkook bersumpah bahwa kali ini ia memihak pada Jihye. Bahkan mendengar bagaimana Minjae berbicara kepada wanita tunangannya, membuat Jungkook nyaris membalas perlakuan kasar yang wanita Yu itu layangkan di pipinya beberapa menit silam.

“Jungkook, aku hanya—”

“Kupikir tidak sepantasnya kau bicara selancang itu pada Jihye. Dia masih berstatus sebagai tunanganku, dan kau tidak berhak mengeklaimku di depan Jihye!”

Minjae mengetatkan gigi. Wanita itu tentu merasa marah dengan ujaran Jungkook terhadapnya. Pikirnya, Jungkook akan merasa bangga dengan apa yang dia utarakan pada wanita satu tahun lebih tua dari dirinya tersebut. Pun Minjae hanya ingin mendapatkan Jungkook secara penuh.

Wanita itu lekas membuang muka. Menghindari tatapan Jungkook yang melemparkan tatapan dingin untuk pertama kalinya.

Berbeda dengan Jihye yang terlampau biasa dengan bagaimana cara Jungkook menatapnya secara dingin. Minjae malah tidak pernah melihat tatapan itu sebelumnya—ya, setelah hampir empat bulan menjadi kekasih Jungkook.

“Apa benar yang dikatakan Kak Jihye ... bahwa kau hanya menjadikanku pelampiasan, Jungkook?”

Jungkook menjilat sudut bibirnya. “Apa yang kau bicarakan?!”

“Jawab saja!” pekik Minjae marah. Wanita Yu itu menatap Jungkook marah dan kecewa.

“Kalau iya, kau mau apa?!” Sekali lagi, Minjae menamparnya sampai Jungkook limbung ke belakang.

Minjae mengepalkan tangan kanannya yang panas, kemudian kembali menangis manakala Jungkook memandangnya tanpa rasa bersalah.

“Setelah kau pergi meninggalkanku di apartemen sendirian ... apakah Kak Jihye telah mencuci otakmu? Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia juga rela mengangkang sepertiku agar bisa mendapatkan hatimu?”

Bagus. Yu Minjae berhasil menyulut kemarahan yang sudah Jungkook tahan mati-matian.

Pria itu berjalan mendekati Minjae, mencengkeram pergelangan tangan Minjae sebelum menggerakkan telapak tangan lebarnya untuk menampar dengan sangat keras pipi kiri wanita itu.

“Jangan kau kira karena aku selalu menyatakan cintaku di depanmu, kau bisa seenaknya menghina Jihye!”

“Memang betul begi—” Omongan Minjae terputus sebab Jungkook kembali menamparnya.

Selain tatapan dingin, ini pertama kali pula Jungkook menggunakan tangannya untuk menyakiti dirinya—di luar hubungan ranjang mereka.

Jungkook bernapas tak teratur. Alisnya saling bertautan marah. “Kau mana mau merawatku, Minjae-ya? Apa kau ingat kalau kau tak acuh padaku saat aku terserang demam dua bulan yang lalu? Siapa yang datang dan merawatku di apartemen jika bukan Jihye?”

Bibir Minjae mengatup rapat. Ia tetap menatap Jungkook tanpa takut, namun air matanya terus mengalir membasahi pipi.

“Jadi, kau tidak betul-betul mencintaiku?”

Menaikkan salah satu alisnya, Jungkook lantas balik bertanya, “Seharusnya aku yang menanyakan itu. Apa kau benar-benar mencintaiku? Atau kau hanya butuh aku untuk melunasi administrasi rumah sakit adikmu?”

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang