Pukul dua belas siang. Jihye datang ke kantor Jungkook dengan tiga kotak makan yang ia bawa.
Seperti biasa. Wanita itu membawa makan siang untuk Jungkook juga dirinya karena Jihye tahu bahwa Jungkook pasti akan menolak jika ia mengajak makan siang di luar kantor.
"Kau mau yang mana?" Jihye mendongak usai membuka kotak makan di atas meja.
Jungkook yang tadinya fokus dengan laptop, kini menatap Jihye dan melepas kacamatanya.
"Sudah kukatakan jangan ke sini lagi. Kenapa ngeyel sekali, sih?" Kedua lengan Jungkook terlipat di atas meja usai menanggalkan jas dan melipat lengan kemeja sampai di batas siku.
Jihye tersenyum senang. "Hari ini 'kan hari ulang tahunku, Koo," ujarnya memberitahu.
Ada keterkejutan di raut wajah Jungkook saat mendengar kalimat Jihye sedetik lalu. Namun, alih-alih mengucapkan selamat dan memberikan beberapa patah kalimat doa, Jungkook malah memutar bola mata malas.
"Aku tidak peduli, Jiy."
Jihye memberengut, tapi beberapa saat kemudian senyumnya merekah lagi. "Salad sayur dan daging babi potong untuk Tuan Jeon," katanya lagi.
Jungkook menyantap salad yang Jihye buat dengan gerakan malas. Sesekali melirik Jihye yang menopang dagu sambil menatapnya dengan senyum manis.
"Kak Jungkook ..."
Jungkook tidak menjawab, membuat Jihye melunturkan senyum dan bibirnya mengerucut sebal.
"Kak Jungkook ... calon suamiku ...," ujarnya sekali lagi yang langsung dihadiahi tatapan sinis dari pria di seberangnya. "Makanya kalau dipanggil harus dijawab."
"Apa?" jawab Jungkook pasrah.
"Hari ini umurku dua puluh tiga. Kak Jungkook tidak mau mengucapkan kalimat manis untukku? Doa untuk hubungan ki—"
"Semoga kau tidak berisik, cerewet, dan sering menggangguku lagi." Jihye terkekeh mendengar jawaban Jungkook. "Untuk hubungan kita? Semoga kau cepat menyerah dan mendapatkan pria yang lebih baik dariku."
Begitu ucapan itu keluar, Jihye lekas mengulum bibir kecewa.
"Apa tidak ada niat untuk membuka perasaanmu padaku?"
Jungkook menghentikan kunyahan sejenak. "Tidak," jawabnya singkat.
Jihye bungkam lagi. Wanita itu mengembuskan napas pelan, lalu menyantap spagetinya dengan cepat.
Menyadari wanitanya hanya diam sambil menunduk menikmati makanan di atas meja, Jungkook lekas meletakkan garpunya.
"Ke sini naik apa?"
Jihye menelan makanannya. Sudah sangat bosan mendengar pertanyaan Jungkook yang selalu sama setiap mereka bertemu.
"Pesawat," jawabnya kesal.
"Terserah kau saja. Tidak usah ke sini lagi mulai besok!"
Mata Jihye membulat setelahnya. "Diantar Kak Taehyung," katanya jujur.
"Dia lagi?" Satu alis Jungkook mengedik tidak suka. Dan sialnya Jihye mengangguk. "Apa gunanya punya mobil kalau begitu?"
Jihye menggaruk pelipis. "Bensinnya tipis, Kak." Jihye menyengir—tidak merasa bersalah sama sekali. "Kebetulan Kak Taehyung main ke rumah."
"Kenapa dia bisa main ke rumahmu? Dia temanku, bukan temanmu, Jiy!"
Benar juga. Jihye dan Taehyung kenal karena Jungkook yang mempertemukan mereka di pesta perusahaan papa Jihye dua bulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Aku menyerah. Selamat tinggal." Adalah kalimat terakhir yang keluar dari bibir tipis Park Jihye sebelum melangkah meninggalkan Jeon Jungkook yang mematung di ruang kerjanya.